Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths, pada Selasa (15/2), memperingatkan bahwa bantuan bagi jutaan warga Yaman berisiko tidak dapat diberikan lagi karena dana donor telah habis dengan cepat.
Berbicara di Dewan Keamanan PBB, Griffiths mengatakan “pada bulan Desember, Program Pangan Dunia (WFP) mengurangi jatah makanan bagi delapan juta orang. Mulai bulan depan, delapan juta orang itu mungkin tidak akan mendapat makanan sama sekali, atau akan dikurangi jatahnya.”
Ia menambahkan pada bulan Maret, penerbangan misi kemanusiaan yang mengangkut makanan, pasokan dan pekerja bantuan ke negara itu mungkin harus ditangguhkan.
Hampir 21 juta warga Yaman – atau lebih dari dua per tiga penduduknya – membutuhkan bantuan kemanusiaan.
PBB telah mengajukan permohonan dana sebesar 3,85 miliar dolar untuk tahun 2022 ini, tetapi para donor belum menanggapi hal itu.
“Skala kesenjangan saat ini belum pernah terjadi sebelumnya di Yaman,” ujar Griffiths. “Kami belum pernah mempertimbangkan untuk tidak memberi makanan sama sekali pada orang yang kelaparan,” tambahnya.
Minggu lalu Griffiths mengeluarkan $20 juta bantuan kemanusiaan darurat PBB ke Yaman, yang merupakan pengeluaran yang sama untuk kedua kalinya dalam tahun ini.
Griffiths memperingatkan “jika kesenjangan ini tidak diatasi, hal ini akan menjadi hukuman mati bagi orang-orang yang, dalam beberapa kasus, sama sekali tidak memiliki mekanisme untuk mengatasi kelaparan dan bergantung pada bantuan untuk kelangsungan hidup mereka.”
Swedia dan Swiss akan menjadi tuan rumah bersama Konferensi PBB Untuk Yaman pada 16 Maret mendatang.
Perang mengerikan yang terjadi di Yaman, yang mendorong negara itu ke jurang kemiskinan, sudah memasuki tahun ketujuh.
Pertempuran di antara pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi dan pasukan militan Houthi yang didukung Iran meningkat pada September lalu, dan semakin intensif pada bulan Januari.
Griffiths mengatakan lebih dari 650 warga sipil tewas atau luka-luka pada Januari lalu – jumlah korban tertinggi dalam setidaknya tiga tahun terakhir.
Lingkungan di Yaman juga berbahaya bagi mereka yang berupaya membantu warga.
Pada Jumat (12/2) lalu, sekelompok orang bersenjata menculik lima staf PBB yang sedang menjalankan misi resmi di bagian selatan Abyan. Griffiths mengatakan PBB sedang berupaya membebaskan mereka.
“Insiden ini benar-benar tidak dapat diterima,” tegasnya. [em/rd]