Menghadapi wabah COVID-19 di kalangan tahanan, Hong Kong memindahkan narapidana yang terinfeksi ke sebuah fasilitas isolasi. Kota itu berusaha mengatasi lonjakan jumlah kasus dengan menerapkan strategi “toleransi nol'' China.
Departemen Pemasyarakatan mengatakan, Kamis (17/2), fasilitas Sha Tsui di Pulau Lantau ditujukan untuk mengarantina tahanan yang terinfeksi, yang jumlahnya diperkirakan akan bertambah.
Tujuh tahanan dinyatakan positif COVID-19, sementara jumlah kasus yang dikonfirmasi di kota berpenduduk 7,5 juta orang itu mencapai 4.285 -- dua kali lipat rata-rata harian yang dilaporkan awal pekan ini.
Fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan di Hong Kong mulai kebanjiran pasien. Pusat Medis Caritas, contohnya, terpaksa merawat pasien di tempat-tempat tidur di luar rumah sakit. Banyak pasien lain terpaksa ditempatkan di tenda-tenda, menunggu giliran perawatan.
Orang yang dites positif diharuskan untuk dikarantina di rumah sakit jika mereka memiliki gejala serius atau di fasilitas yang dikelola pemerintah untuk kasus ringan atau tanpa gejala.
Pemimpin China Xi Jinping telah memerintahkan pemerintah pusat untuk menyediakan sumber daya bagi Hong Kong untuk menstabilkan wabah, termasuk tes antigen cepat, pakar medis, dan pasokan.
China berusaha menghindari terjadinya wabah besar melalui kebijakan “toleransi nol'' yang ketat yang melibatkan karantina pelancong yang masuk, lockdown total, pelacakan kontak ekstensif, dan pengujian massal jutaan orang.
Pemimpin Hong Kong Carrier Lam juga menerapkan strategi yang sama meskipun kepadatan kotanya lebih tinggi dari kota-kota di China daratan. Pekan lalu, seluruh lingkungan kelas atas Discovery Bay di Hong Kong diperintahkan untuk menjalani pengujian massal setelah pihak berwenang menemukan jejak virus di saluran pembuangan air kotor. [ab/uh]