Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, Sabtu (26/2), pihaknya sedang mempelajari rancangan perjanjian untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 dengan negara-negara kuat di dunia dalam perundingan di Wina.
Semua pihak telah mengatakan perundingan itu telah mencapai tahap penting, dan kepala juru runding Iran Ali Bagheri telah kembali ke Teheran untuk berkonsultasi. Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir itu pada 2018.
Iran "sedang meninjau rancangan perjanjian itu dengan serius," kata Menteri Luar Negeri Amir-Abdollahian lewat Twitter. Ditambahkannya, ia telah berbicara lewat telepon dengan diplomat tertinggi Uni Eropa Josep Borrel.
Uni Eropa telah bertindak sebagai perantara antara juru runding Iran dan delegasi AS, karena AS tidak ikut dalam perundingan tatap muka antara Teheran dan pihak-pihak yang masih tersisa dalam perjanjian 2015 itu.
Kami "semua berusaha mencapai perjanjian yang baik," tambah Amir-Abdollahian. "Kami siap menyepakati perjanjian yang baik segera, apabila mereka menunjukkan niat baik."
Perjanjian 2015, yang dijuluki Joint Comprehensive Plan of Action, memberi Iran keringanan sanksi apabila Teheran membatasi kegiatan nuklirnya. [vm/ft]