Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi Uni Emirat Arab dan Arab Saudi pada Rabu (16/3) sebagai bagian dari upaya negaranya untuk mengamankan pasokan minyak tambahan dan meningkatkan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin atas invasinya ke Ukraina.
Inggris, seperti sebagian besar negara-negara Barat, menghadapi kenaikan harga komoditas energi. Terkait hal tersebut, Johnson ingin mendorong negara-negara produsen minyak mentah untuk menggenjot produksinya. Ia juga ingin mengamankan pasokan dari negara lain untuk mencoba membantu konsumen dan mengurangi ketergantungan pada ekspor Rusia.
Juru bicara Johnson mengatakan pemimpin Inggris akan mengangkat masalah hak asasi manusia di Arab Saudi, termasuk eksekusi 81 orang, tetapi para kritikus mengatakan London tidak boleh beralih ke negara yang telah mengadakan eksekusi massal terbesar dalam beberapa dekade.
Johnson akan bertemu Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed, kemudian melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
"Inggris sedang membangun koalisi internasional untuk menghadapi realitas baru yang kita hadapi. Dunia harus melepaskan diri dari hidrokarbon Rusia dan membuat Putin kelaparan dari kecanduan minyak dan gas," kata Johnson dalam sebuah pernyataan sebelum pertemuan.
"Arab Saudi dan Uni Emirat Arab adalah mitra internasional utama dalam upaya itu. Kami akan bekerja dengan mereka untuk memastikan keamanan regional, mendukung upaya bantuan kemanusiaan dan menstabilkan pasar energi global untuk jangka panjang,” paparnya.
Pencarian pasokan energi baru membuat komitmen Inggris untuk menurunkan emisi demi memenuhi target nol bersih pada 2050, diragukan. Para pejabat mencari cara untuk meningkatkan produksi minyak dan gas di dalam negeri, serta di mancanegara.
Selama kunjungan tersebut, Arab Saudi, pemasok diesel terbesar ketiga ke Inggris, juga akan mengkonfirmasi bahwa Grup alfanarnya akan menginvestasikan $1,3 miliar di Proyek Bahan Bakar Hijau Lighthouse di Teeside, timur laut Inggris. Proyek tersebut diharapkan dapat memproduksi bahan bakar penerbangan dari limbah dalam skala besar. [ah/rs]