Ukraina bereaksi skeptis terhadap janji Rusia mengurangi operasi militer di sekitar Ibu Kota Kyiv dan kota lain karena beberapa negara Barat memperkirakan Moskow akan mengintensifkan serangannya di bagian lain negara itu.
Janji Moskow itu muncul saat dialog di sebuah istana Istanbul, Turki. Invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung lebih dari sebulan menjadi serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Agresi itu menewaskan atau melukai ribuan orang, memaksa hampir 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri dan memukul ekonomi Rusia dengan sejumlah sanksi.
"Untuk meningkatkan rasa saling percaya dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk negosiasi lebih lanjut dan mencapai tujuan akhir dari menyetujui dan menandatangani (sebuah) kesepakatan, keputusan dibuat secara radikal, dengan margin besar, untuk mengurangi aktivitas militer di arah Kyiv dan Chernihiv," kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin kepada wartawan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Dia tidak menyebutkan daerah lain yang telah menjadi saksi pertempuran sengit, termasuk di sekitar Mariupol di tenggara, Sumy dan Kharkiv di timur dan Kherson dan Mykolaiv di selatan.
"Warga Ukraina bukanlah orang yang naif," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Selasa (29/3) malam.
"Warga Ukraina telah belajar selama 34 hari dalam invasi ini, dan selama delapan tahun terakhir perang di Donbass, bahwa satu-satunya hal yang dapat mereka percayai adalah hasil nyata,” katanya.
Rusia telah mulai memindahkan sebagian kecil pasukannya di sekitar Kyiv ke dalam sebuah langkah yang lebih merupakan reposisi daripada mundur dari perang, kata Pentagon pada Selasa (29/3).
"Kita semua harus bersiap untuk waspada terhadap serangan besar-besaran terhadap wilayah lain di Ukraina," kata juru bicara Pentagon John Kirby dalam jumpa pers. "Itu tidak berarti bahwa ancaman terhadap Kyiv sudah berakhir."
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan: "Sangat mungkin bahwa Rusia akan berusaha mengalihkan kekuatan tempur dari utara ke ofensif mereka di wilayah Donetsk dan Luhansk di timur."
Republik Rakyat Donetsk telah memproklamirkan kemerdekaannya sendiri yang didukung Moskow. Wilayah di di Ukraina timur itu mungkin mempertimbangkan untuk bergabung dengan Rusia setelah menguasai semua wilayah Donetsk, Ukraina, kata pemimpinnya. Kyiv mengatakan langkah seperti itu tidak akan memiliki dasar hukum. [ah/rs]