Setiap hari selama lebih dari dua tahun, ketika bangun tidur di rumah yang ditinggalinya bersama ketiga anaknya yang terletak di atas bukit gurun di ibu kota Peru, Cindy Cueto bertanya-tanya “makan apa hari ini?”
Cindy, yang berusia 39 tahun, bersama tetangga-tetangganya di wilayah Ciudad de Gosen yang miskin, setiap hari memasak makanan di “panci umum,” yang menjadi strategi bertahan hidup di kota kumuh Lima yang diselimuti pandemi virus corona.
Kegiatan memasak di “panci umum” ini diperluas untuk menanggapi dampak kenaikan harga makanan, bahan bakar dan pupuk akibat inflasi global, perang di Ukraina dan ketidakefektifan pemerintah memenuhi janji untuk membantu warga yang paling rentan.
Panci biasa, yang dapat disetarakan dengan dapur umum berskala kecil, membuat mereka bisa makan satu hari sekali.
Cindy Cueto dan tetangganya mencoba mencari makanan termurah di pasar, lalu membeli tulang sapi, jeroan ayam, nasi dan kentang. Mereka juga mengamati dengan seksama jika ada sumbangan atau derma dalam bentuk apapun dari warga Peru yang lebih beruntung.
Inflasi yang melanda dunia telah memukul keras penduduk Peru yang berjumlah 33 juta jiwa, terutama 10 juta orang miskin yang hidup hanya dengan tiga dolar per hari.
Inflasi bulanan pada Maret lalu mencapai 1,48 persen atau yang tertinggi dalam seperempat abad.
Melonjaknya harga makanan dan bahan bakar, dikombinasikan dengan inefesiensi pemerintahan Presiden Pedro Castilo, telah memicu protes keras yang menyebabkan sedikitnya lima warga meninggal. Ada pula seruan agar Castillo dan anggota-anggota badan legislatif Peru mengundurkan diri.
Menurut data pemerintah pada bulan Februari, setidaknya terdapat 3.400 “panci umum” di Peru – 70 persen diantaranya berada di kota Lima.
Sebagian besar “panci umum” ini berada di kota kumuh seperti Ciudad de Gosen, di mana terjadi kelangkaan listrik, tidak ada aliran listrik dan penduduk membangun sendiri rumah dan jalan di tanah berdebu di perbukitan sekitar kota Lima.
Warga mengatur persediaan makanan mereka sendiri setelah diabaikan oleh pemerintah.
Warga kota Ciudad de Gosen mengatakan harga gas untuk memasak telah naik tiga kali lipat sejak awal pandemi.
Cindy Cueto dan tetangganya menghidupkan api di bawah “panci umum” dengan potongan kayu yang merupakan sumbangan toko kayu dua kali sebulan. Mereka tidak membeli daging untuk sup. “(Daging) sangat mahal. Kami hanya punya uang untuk membeli tulang supaya bisa dibuat sup,” ujar Cueto, yang suaminya bekerja sebagai satpam.
Tanggapan pemerintah Peru terhadap lonjakan kasus kelaparan dan meluasnya kerusuhan tidak efektif. Padahal mereka berkuasa dengan janji untuk memprioritaskan warga miskin. [em/rd]