Berbicara kepada sejumlah wartawan secara daring pada Selasa (5/4), perwakilan AS untuk badan-badan PBB di Roma, Cindy McCain mengatakan Ukraina adalah lumbung pangan dunia. Serangan terhadap tanah dan rakyatnya meningkatkan kelaparan di seluruh dunia.
“Organisasi Pertanian dan Pangan memperkirakan sebanyak lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia akan mengalami kerawanan pangan sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina. Kenyataannya adalah perang Putin memaksa kita mengambil makanan dari mereka yang lapar untuk memberi makan mereka yang akan mati. Selama Rusia melanjutkan kampanye brutalnya, orang yang tidak bersalah harus membayar harganya.”
Ukraina setiap tahun mengekspor 40 persen gandum dan jagungnya ke Afrika. Program Pangan Dunia (WFP) memberi makan 138 juta orang di 80 negara, termasuk Ethiopia dan Nigeria, dengan biji-bijian yang diperoleh dari negara Eropa tersebut.
Terputusnya rantai pasokan Ukraina, harga-harga pangan melonjak di seluruh Afrika. Sementara itu, kenaikan harga BBM mendorong kenaikan harga pupuk seperti fosfat yang digunakan dalam produksi pangan.
Jim Barnhart, Kepala Biro Ketahanan dan Ketahanan Pangan USAID mengatakan biaya hidup yang tinggi akan mempersulit kehidupan bagi lebih banyak keluarga di Afrika.
“Berkurangnya persediaan makanan dan kenaikan harga komoditas lebih lanjut mempersulit para petani di Zambia dalam mengakses bahan yang dibutuhkan untuk bercocok tanam, bagi sejumlah keluarga di Malawi untuk membeli makanan bergizi bagi anak-anak mereka. Jadi, jika itu tidak dimitigasi, lonjakan harga dapat mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada kemiskinan global, kelaparan dan kekurangan gizi, terutama di wilayah-wilayah seperti Afrika bagian sub-Sahara," katanya.
Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC) mengatakan lebih dari 346 juta warga Afrika menghadapi krisis ketahanan pangan, mengakibatkan banyak keluarga tidak makan setiap hari.
ICRC mengatakan akan meningkatkan operasinya di 10 negara untuk memerangi kekurangan pangan.
Kepala operasi global ICRC, Dominik Stillhart mengatakan perang di Ukraina telah mempengaruhi upaya kemanusiaan mereka.
“Dampak lainnya, secara tidak langsung adalah kenaikan harga pangan dan BBM, juga rantai pasokan yang sangat terpengaruh oleh situasi di Ukraina, hal itu berdampak pada peningkatan kapasitas kita sendiri. Waktu tunggu akan lebih lama, misalnya termasuk impor makanan. Itulah sebabnya kami semakin sering memanfaatkan transfer tunai untuk membantu orang-orang di berbagai negara dimana kami beroperasi," tuturnya.
Kekeringan yang terus-menerus, hujan yang memburuk di beberapa bagian Afrika dan konflik turut memperburuk situasi pangan Afrika. [mg/jm]