Tautan-tautan Akses

Jajak Pendapat: China, Ancaman Militer Bagi Australia


Tangkapan layar dari video yang dirilis oleh televisi China CCTV menunjukkan upacara peluncuran Fujian, kapal induk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), di galangan kapal Shanghai, 17 Juni 2022.
Tangkapan layar dari video yang dirilis oleh televisi China CCTV menunjukkan upacara peluncuran Fujian, kapal induk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), di galangan kapal Shanghai, 17 Juni 2022.

Sebagian besar warga Australia sekarang melihat China sebagai ancaman militer bagi negara mereka, menurut sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Sydney. Perang Rusia di Ukraina juga telah ditengarai sebagai masalah keamanan utama dalam survei yang baru-baru ini dirilis oleh Lowy Institute.

Survei tahunan Lowy Institute melaporkan bahwa warga Australia khawatir dengan invasi Rusia ke Ukraina dan potensi konflik antara China dan Taiwan.

Jajak pendapat yang dirilis Senin (27/6) oleh organisasi yang berbasis di Sydney itu juga menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap China dan kepercayaan pada Presiden Xi Jinping berada pada rekor terendah di Australia.

Natasha Kassam, direktur jajak pendapat di Lowy Institute, mengatakan kepada VOA bahwa jajak pendapat tersebut mencerminkan tumbuhnya rasa khawatir di Australia.

“Pada tahun 2022, Australia paling khawatir dengan China dan potensi perang Taiwan antara Amerika Serikat dan China. Kekhawatiran demikian benar-benar meningkat besar bagi warga Australia setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang menurut saya merupakan pengingat bagi sebagian besar warga Australia bahwa mereka tidak boleh mengabaikan keselamatan dan keamanan mereka begitu saja,” jelasnya.

Australia telah berselisih dengan China dalam beberapa tahun terakhir karena masalah geopolitik yang signifikan, termasuk ambisi teritorial Beijing di Laut China Selatan dan pandemi COVID-19. Seruan Australia untuk menyelidiki asal-usul COVID-19 menjadi sumber gesekan yang sangat kuat.

Virus corona pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, tetapi Beijing melihat permintaan Australia untuk penyelidikan global sebagai kritik terhadap penanganan virus tersebut. Sebagai pembalasan yang nyata, China memberlakukan pembatasan berbagai impor dari Australia, termasuk pembatasan batu bara dan anggur.

Kassam mengatakan banyak warga Australia khawatir dengan apa yang mungkin dilakukan oleh China pada masa depan.

“Tiga perempat dari publik Australia mengatakan bahwa China dapat menjadi ancaman militer bagi Australia dalam dua dekade mendatang. Ini benar-benar menunjukkan bahwa walaupun orang Australia fokus pada potensi konflik kawasan, baik itu di Taiwan atau di wilayah sengketa lainnya, mereka benar-benar prihatin dengan cara China memperlakukan Australia,” imbuhnya.

Pemerintah Canberra yang baru terpilih kini berusaha meredakan ketegangan dengan China, yang merupakan mitra dagang terbesar Australia.

Tetapi para analis mengatakan ketegangan baru telah muncul baru-baru ini ketika Beijing berupaya meningkatkan keamanan dan kehadiran perdagangannya di Pasifik, wilayah yang dianggap Australia sebagai lingkup pengaruh tradisionalnya.

Survei Lowy Institute itu menunjukkan dukungan kuat untuk aliansi Australia-Amerika Serikat yang dimulai pada awal 1950-an.

Delapan puluh tujuh persen responden mengatakan mereka melihat aliansi itu sebagai “sangat” atau “cukup” penting, meningkat sembilan poin dari tahun lalu.

Namun, survei tersebut menunjukkan bahwa walaupun hubungan militer dengan Amerika Serikat adalah landasan keamanan nasional Australia, hubungan itu dianggap sebagai potensi kekuatan dan kelemahan karena bisa “menyeret” Australia ke dalam perang di Asia.

Jajak pendapat Lowy Institute tersebut dilakukan dengan sampel sekitar 2.000 orang. Survei tahunan itu dimulai pada tahun 2005. [lt/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG