Pengiriman biji-bijian dari Pelabuhan Odesa, Ukraina, dimulai kembali pada Senin (1/8).
Kapal kargo Razoni yang berbendera Sierra Leone menjadi kapal pertama yang meninggalkan pelabuhan itu, membawa jagung ke Lebanon. Dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan Turki mengatakan kapal-kapal yang tidak dirincinya juga akan meninggalkan Ukraina.
Turki dan PBB memperantarai kesepakatan dengan Rusia dan Ukraina pada akhir Juli untuk membuat ekspor biji-bijian dimulai kembali di tengah-tengah krisis pangan global yang menurut PBB telah diperburuk oleh invasi Rusia di Ukraina.
Kesepakatan itu menyerukan jalur pelayaran aman bagi kapal-kapal kargo yang bertolak dari berbagai pelabuhan di Ukraina Selatan melewati perairan di Laut Hitam yang telah dikontrol Rusia sejak mengawali perang pada akhir Februari lalu.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyambut baik dimulainya kembali ekspor dari Odesa.
“Hari melegakan bagi dunia, khususnya bagi sahabat-sahabat kami di Timur Tengah, Asia, dan Afrika, karena biji-bijian pertama Ukraina meninggalkan Odesa setelah blokade Rusia selama berbulan-bulan,” cuit Kuleba. “Ukraina selalu menjadi mitra yang dapat diandalkan dan akan tetap demikian jika Rusia menghormati bagiannya dalam kesepakatan itu.”
Seorang juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan memastikan gandum itu mencapai pasar global “merupakan keharusan kemanusiaan.”
“Sekjen berharap ini akan menjadi yang pertama dari banyak kapal komersial yang bergerak sesuai dengan prakarsa yang ditandatangani, dan bahwa ini akan membawa stabilitas dan bantuan yang sangat diperlukan bagi ketahanan pangan global khususnya dalam konteks kemanusiaan yang paling rapuh,” kata Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.
Dujarric menambahkan bahwa Program Pangan Dunia berencana membeli 30 ribu metrik ton gandum untuk dimuat dan dikirim keluar Ukraina dengan kapal sewaan PBB.
Juga Senin, kementerian pertahanan Inggris mengatakan pasukan Rusia hanya membuat kemajuan yang lambat selama empat hari terakhir sementara mereka berupaya melakukan serangan taktis di daerah sebelah timur laut Donetsk.
Kementerian Inggris itu mengatakan Rusia juga kemungkinan besar mengalihkan “sejumlah besar pasukannya” dari bagian utara kawasan Donbas di Ukraina Timur ke Ukraina Selatan.
Selama beberapa bulan, Rusia telah memusatkan upayanya di Donbas, yang mencakup provinsi Donetsk dan Luhansk, setelah menghadapi perlawanan dalam pendekatannya ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Relokasi sumber daya ke bagian timur membantu Rusia mengklaim kontrol atas Luhansk pada awal Juli.
Di Ukraina Selatan, sebuah alat peledak kecil yang dibawa drone rakitan menghantam markas besar armada Laut Hitam Rusia di Semenanjung Krimea pada hari Minggu, mencederai enam orang, kata pemerintah setempat. Sementara itu Ukraina mengatakan serangan rudal Rusia menewaskan salah satu orang terkayanya, seorang pedagang gandum.
Belum ada yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan drone di kota pelabuhan Sevastopol, yang memaksa pembatalan upacara Hari Angkatan Laut Rusia. Tetapi serangan yang tampaknya berskala kecil itu meningkatkan kemungkinan ini adalah pekerjaan pemberontak Ukraina di wilayah itu yang direbut Rusia pada tahun 2014, kata Associated Press.
Drone itu tampaknya adalah rakitan sendiri dan peralatan peledaknya berkekuatan rendah, kata layanan pers Armada Laut Hitam. Sevastopol terletak sekitar 70 kilometer dari daratan Ukraina, tetapi tidak jelas di mana drone itu memulai penerbangannya.
Di tempat lain di Ukraina, Wali Kota Mykolaiv, Vitaliy Kim, mengatakan serangan Rusia menewaskan salah seorang warga terkaya Ukraina, Oleksiy Vadatursky, dan istrinya, Raisa. Vadatursky memimpin bisnis ekspor dan produksi gandum.
Seorang penasihat presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, mengatakan Vadatursky ditarget secara khusus.
Bisnis pertanian Vadatursky, Nibulon, mencakup armada kapal-kapal yang mengirim gandum ke luar negeri. [uh/ab]
Forum