Sri Lanka, Selasa (2/8), menepis kekhawatiran India atas jadwal kunjungan kapal China, dengan mengatakan kapal itu datang hanya untuk mengisi bahan bakar dan mengisi kembali persediaan.
Kapal penelitian dan survei Yuan Wang 5 akan berlabuh di Pelabuhan Hambantota yang dikelola China di Sri Lanka Selatan pada 11 Agustus, menurut situs analisis MarineTraffic.
Laporan-laporan media India mengatakan bahwa New Delhi khawatir kapal itu akan digunakan untuk memata-matai kegiatannya dan telah mengajukan pengaduan ke Kolombo.
Yuan Wang 5 adalah kapal mata-mata berfungsi ganda, yang dapat digunakan untuk pelacakan antariksa dan satelit, serta peluncuran rudal balistik antarbenua, menurut stasiun berita India CNN-News18.
Juru bicara pemerintah Sri Lanka Bandula Gunawardena mengatakan bahwa kabinet membahas kunjungan kapal pada hari Senin dan masih akan mengizikannya untuk berlabuh."Baik India maupun China membantu kami pada saat yang sangat penting ini, ketika kami menghadapi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Gunawardena.
"Presiden (Ranil Wickremesinghe) memberi tahu kabinet bahwa masalah ini akan diselesaikan secara diplomatis dengan berbicara dengan semua pihak. Keduanya adalah teman penting."
Kapal itu akan menghabiskan sekitar satu pekan di Hambantota untuk mengambil bahan bakar dan pasokan lainnya dan tidak akan melakukan pekerjaan apa pun saat berada di perairan Sri Lanka, kata Gunawardena.
Menteri lain, Manusha Nanayakkara, mengatakan pada konferensi pers yang sama bahwa 18 kunjungan pelabuhan sebelumnya ke Sri Lanka telah dilakukan oleh kapal penelitian China dan bahwa Yuan Wang 5 berhenti "hanya untuk mengisi bahan bakar".
Belum ada komentar langsung dari Komisi Tinggi India di Kolombo. Namun, New Delhi pekan lalu menegaskan bahwa pihaknya akan memantau dengan cermat "setiap hubungan dengan kepentingan keamanan dan ekonomi India dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindunginya".
India tetap curiga terhadap pengaruh China yang berkembang di tetangga selatannya, Sri Lanka, yang berutang banyak uang kepada Beijing untuk proyek infrastruktur, termasuk Pelabuhan Hambantota yang bernilai $1,4 miliar.
Dua kapal selam China berlabuh di Sri Lanka pada tahun 2014 meskipun ada keberatan dari India. Sejak itu, tidak ada kunjungan kapal selam China ke pelabuhan Sri Lanka.
Sri Lanka pada tahun 2017 menyewakan sebuah fasilitas di pelabuhan itu ke perusahaan China selama 99 tahun setelah tidak dapat memenuhi kewajiban utangnya terkait fasilitas tersebut.
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar $51 miliar pada bulan April dan sejak itu membuka pembicaraan dana talangan dengan Dana Moneter Internasional.
Negara berpenduduk 22 juta orang itu mengalami kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan sejak akhir tahun lalu ketika pemerintah kehabisan devisa untuk membiayai sebagian besar impor. [ab/uh]
Forum