Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memulai kunjungan selama tiga hari ke Afrika pada Minggu (7/8) dengan mengunjungi sebuah museum di Afrika Selatan yang memperingati bagaimana para pemuda kulit hitam di negara itu membantu mengakhiri kekuasaan warga kulit putih yang rasis.
Kunjungan Blinken ke Afrika dianggap sebagai bagian dari kompetisi antara Rusia dan negara-negara Barat yang berpengaruh untuk memperoleh dukungan dari negara-negara Afrika terkait perang di Ukraina. Lawatannya ke Afrika dilakukan menyusul tur baru-baru ini yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Afrika Selatan adalah satu dari banyak negara Afrika yang mempertahankan sikap netral terhadap perang itu dan tak pernah mengkritisi Rusia secara terbuka.
Setibanya pada pagi hari, Blinken mengunjungi memorial Hector Pieterson di Kota Soweto, di pinggiran Johannesburg. Museum itu memberi penghormatan kepada seorang pelajar yang tewas pada 1976 ketika memprotes rezim Afrika Selatan yang pada saat itu dinilai melancarkan opresi rasial, apartheid, yang berakhir pada 1994.
Pada Senin (8/8), Blinken akan menguraikan strategi AS untuk wilayah sub-sahara Afrika dalam pidato kebijakan di Universitas Pretoria. Afrika sangat terimbas dengan dampak pandemi COVID-19 dan naiknya harga pangan dan BBM akibat perang Rusia di Ukraina.
Blinken dan Menteri Luar Negeri Afsel Naledi Pandor juga akan mengadakan konferensi pers pada Senin (8/8), dimana perbedaan sikap keduanya terhadap perang Ukraina akan tersorot. [vm/jm]
Forum