Dalam sebuah pidato yang akan disiarkan lewat televisi pada Kamis (1/9) malam dari Philadelphia, Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan berbicara tentang apa yang digambarkan oleh pejabat Gedung Putih sebagai “perjuangan untuk jiwa bangsa.”
Dalam pidato yang disampaikan di luar gedung Independence Hall, di mana Deklarasi Kemerdekaan AS pernah diperdebatkan dan kemudian diberlakukan, dan Konstitusi disusun oleh pendiri Amerika, Biden, presiden AS ke-46, akan membahas “bagaimana hak-hak dan kebebasan kita terus diserang. Dan kita akan menjelaskan siapa yang berjuang untuk hak-hak itu, berjuang untuk kebebasan itu, dan berjuang untuk demokrasi kita,” demikian menurut Gedung Putih.
“Itu merupakan hal yang sangat mencolok di mana Presiden Biden akan pergi ke sana (Independence Hall.red) dan berpidato, yang menjadi semacam upaya untuk menggambarkan di mana posisi kita sebagai sebuah negara,” kata analis politik terkemuka Bill Kristol, yang berhaluan neo-konservatif.
Biden harus berpidato, ketika pemilihan paruh waktu hanya menyisakan waktu sekitar dua bulan lagi dan kondisi politik yang sangat terpecah, “bukan sekedar pidato biasa, tetapi sebuah pidato yang lebih bermakna dan ditujukan kepada semua warga Amerika,” ujar Kristol dalam wawancara dengan VOA.
“Saya rasa tepat kalau presiden mengatakan, 'Marilah kita menengok kebelakang sebentar, dan berhati-hati dengan apa yang kita pertaruhkan. Marilah kita renungkan secara mendalam bagaimana kita berpolitik.'”
Profesor ilmu pemerintahan di Dartmouth University, Brendan Nyhan, meramalkan, Biden akan memanfaatkan pidatonya untuk “menyemangati partainya menjelang pemilihan paruh waktu yang telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan Partai Demokrat di mana mereka khawatir hasil pemilu tersebut akan buruk bagi mereka. Tetapi dia (tampaknya) juga akan menyerukan kepada warga Amerika agar menolak kekuatan-kekuatan anti demokrasi yang telah menantang sistem politik negara ini.
“Satu pendekatan bersifat partisan. Lainnya adalah sesuai dengan perannya sebagai presiden, sebagai pemimpin dari ketiga cabang pemerintahan. Saya berharap dia bisa menawarkan sebuah solusi yang masuk akal untuk menyelamatkan sistem demokrasi kita.”
Akhir-akhir ini, Biden lsecara retorik telah mengecam para anggota Kongres dari Partai Republik, serta pendahulunya Donald Trump, dan secara sengit menyerang falsafah partai oposisi itu sebagai “semi fasisme.”
Dalam pidatonya di Wilkes Barre, Pennsylvania, yang berfokus pada isu kekerasan dengan senjata api, presiden mengkritik para anggota kongres Partai Republik yang menurutunya telah memperingatkan bahwa akan ada “pertumpahan darah di jalan-jalan” jika Trump sampai dikenai tuntutan.
Seandainya mantan presiden itu sampai dituntut karena salah dalam mengurus informasi rahasia negara maka akan ada “kekacauan di jalan-jalan,” demikian ramalan dari Senator Lindsey Graham ketika berbicara di program Fox News pada Minggu (28/8).
Tetapi Walter Schaub, mantan direktur dari Kantor Tata Pemerintahan AS, pada Rabu (31/8) mengatakan melalui akun Twiternya bahwa “Jika Trump sampai tidak dihukum, hal itu berarti pemerintahan (saat ini) menganggap seorang mantan presiden memiliki kedudukan di atas hukum, karena Anda atau saya sudah pasti akan dihukum jika melakukan hal seperti itu.”
Trump yang kalah dari Biden dalam pemilihan presiden pada 2020, kini menjadi sasaran penyelidikan federal. Dia bisa dikenakan tuduhan menyimpan dokumen yang sangat rahasia setelah meninggalkan jabatannya pada Januari 2021, juga usaha menghambat penyelidikan, demikian menurut laporan hukum yang disusun oleh Departemen Kehakiman AS. [jm/my]
Forum