Elizabeth Lee dari VOA melaporkan tentang pandangan politik yang berbeda dari blok pemilih yang terus tumbuh ini, dan satu masalah yang mempersatukan mereka pada pemilihan paruh waktu pada 8 November 2022 ini.
Di Amerika Serikat kini merupakan masa pemilu. Para kandidat dan relawan berkumpul di lokasi-lokasi pemungutan suara di seluruh kota Houston (di negara bagian Texas) dan sekitarnya. Mereka berharap dapat menjangkau pemilih.
Hans Chen, seorang Tionghoa, telah tinggal di Amerika Serikat selama 20 tahun. Dia mengatakan jika seorang Amerika keturunan Asia mencalonkan diri, kemungkinan besar dia akan mendukung orang itu.
“Kami sudah menjadi kelompok minoritas. Kami tidak perlu repot dengan partai politik mana kami bergabung,” ungkapnya.
Chen adalah seorang independen dan merupakan bagian dari tren di antara orang Tionghoa-Amerika menurut survei nasional, seperti disampaikan oleh Christine Chen.
“Mereka adalah komunitas etnis terbesar yang 40% di antara mereka mengidentifikasi diri sebagai independen,” ujarnya.
Christine Chen adalah aktivis di organisasi yang berbasis di Washington yang menamakan diri, Asian and Pacific Islander American Vote (“Warga Amerika keturunan Asia dan Pasifik Memilih).
Organisasi itu melakukan Survei Pemilih Asia-Amerika 2022, dan temuannya, sebagian besar etnis Asia-Amerika lebih mengidentifikasi diri dengan sebagai Demokrat daripada Republik.
Seorang warga Amerika keturunan Filipina Miguel Dacones, yang selama ini memilih untuk Partai Demokrat, melihat adanya perpecahan generasi dalam keluarganya pada isu-isu seperti aborsi.
“Saya berpendapat bahwa generasi yang lebih tua lebih seperti pro-kehidupan. Tapi saya pikir anak-anak muda dari generasi setelah generasi pertama di sini, di Amerika, memiliki pandangan yang berbeda,” kata Dacones.
Tidak seperti kebanyakan orang Asia-Amerika lainnya, lebih banyak orang Vietnam memilih Partai Republik daripada Partai Demokrat. Bach Williams adalah warga Amerika keturunan Vietnam dan anggota Partai Republik.
“Hal nomor satu yang saya khawatirkan adalah negara ini menjadi sosialis. Kami melarikan diri dari Vietnam setelah mereka menjadi sosialis dan datang ke AS,” ujar Williams.
Meskipun warga Asia-Amerika berbeda dalam afiliasi politik, ada satu masalah yang menyatukan banyak etnis Asia terlepas dari partai mana yang mereka dukung, seperti disampaikan oleh Christine Chen.
“Ini benar-benar soal menghentikan kebencian pada warga Asia-Amerika.”
Gene Wu adalah orang Tionghoa-Amerika dan anggota DPRD Negara Bagian Texas di Houston. “Jika Anda dibesarkan di Amerika. Anda tahu seperti saya, seseorang menyebut Anda chink, kan? Seseorang telah mengejek Anda dengan mengatakan hal-hal yang tidak senonoh dan mengatakan Anda bermata sipit. Ejekan seperti itu hanya satu langkah lagi dari tindakan meludahi Anda, dan meninju Anda.”
Jing Jing Clemence adalah warga Tionghoa-Amerika dan seorang anggota Partai Republik. Dia mengatakan dirinya merasa relatif aman tinggal di Sugarland, pinggiran kota Houston, sebuah daerah di mana orang Asia merupakan kelompok etnis terbesar ke-2. Tetapi, dia mengatakan bahwa dia tidak akan merasa aman di New York atau California, negara bagian dengan jumlah tertinggi insiden anti-Asia dari Maret 2020 hingga waktu yang sama tahun ini.
“Orang tua saya, ya, 80 tahun. Ya, saya khawatir jika dia pergi keluar tanpa ditemani siapa pun,” kata Jing.
Sementara banyak orang Asia melihat sentimen anti-Asia sebagai masalah, Williams mengatakan masalah itu dipolitisasi. “Anti-Asia adalah cara lain Partai Demokrat untuk memecah belah warga,” tukasnya.
Perawatan kesehatan, ekonomi, kejahatan, dan pendidikan adalah isu-isu utama bagi orang Amerika keturunan Asia, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai pihak mana yang paling baik untuk menangani isu-isu tersebut. [lt/jm]
Forum