Kepala koresponden nasional VOA Steve Herman termasuk di antara beberapa jurnalis yang akunnya ditangguhkan Twitter pada Kamis (15/12) malam.
Para pengikut akun Twitter mantan kepala biro Gedung Putih itu dihadapkan pada layar kosong dan pesan, “Akun Ditangguhkan.”
Akun para wartawan mulai dari badan penyiaran CNN, The New York Times dan The Washington Post, serta sejumlah wartawan independen, menunjukkan pesan serupa.
Belum jelas benar mengapa akun-akun tersebut ditangguhkan. Email VOA yang meminta komentar dari kontak media yang tercantum pada situs web perusahaan Twitter dibalas dengan pesan gagal terkirim.
Banyak di antara wartawan itu telah menulis artikel atau memposting artikel mengenai perubahan yang dilakukan Twitter oleh pemilik barunya, Elon Musk.
Dalam menjawab cuitan pada Kamis malam, Musk mengatakan di platform itu, “Mengritik saya sepanjang hari benar-benar tidak apa-apa, tetapi doxxing lokasi real-time saya dan membahayakan keluarga saya tidak demikian.”
Musk menambahkan, “Peraturan doxxing yang sama berlaku pada ‘jurnalis’ seperti juga pada orang lain.” Ini mengacu pada peraturan Twitter yang melarang penyebaran informasi pribadi, yang disebut doxxing.
Reuters melaporkan bahwa Twitter sebelumnya menangguhkan @elonjet, akun yang melacak jet pribadi Musk secara real time, sebulan setelah ia mengatakan komitmennya bagi kebebasan berbicara diperluas hingga tidak melarang akun.
Meskipun beberapa dari akun yang dilarang telah melaporkan insiden itu, tidak ada satupun dari mereka yang membagikan informasi lokasi atau konten yang dapat dianggap sebagai doxxing, kata Reliable Sources CNN dalam sebuah bulletin.
Herman terakhir kali melaporkan untuk VOA News mengenai platform Twitter pada bulan September. Pada Kamis, ia mencuit mengenai kasus @elonjet.
“Saya telah mencuit cukup banyak pada hari Kamis malam mengenai drama yang berkembang ini, yang dimulai dengan penangguhan akun bot yang mencuit lokasi jet pribadi Elon Musk,” kata Herman kepada VOA.
Dalam cuitan terakhirnya, Herman memposting tautan ke sebuah artikel Washington Post dan menulis, “Lebih banyak reaksi terhadap pembantaian jurnalis di Twitter pada Kamis malam.”
Tidak lama setelah itu, akunnya ditangguhkan. Herman mengatakan ia tidak lagi dapat mengirim pesan langsung atau menyukai posting para pengguna lainnya.
VOA dalam pernyataan Kamis malam mengukuhkan akun Herman telah ditangguhkan dan meminta platform media sosial itu untuk mengaktifkannya lagi.
“Herman adalah reporter berpengalaman yang menjunjung standar jurnalistik tertinggi dan menggunakan platform media sosial sebagai perangkat pengumpulan berita dan berjejaring. Herman tidak menerima informasi dari Twitter mengapa akunnya ditangguhkan,” kata juru bicara VOA Nigel Gibbs dalam emailnya.
“Sebagai Kepala Koresponden Nasional, Herman meliput berita-berita internasional dan nasional dan penangguhan ini menghambat kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya sebagai jurnalis.”
Seorang juru bicara The New York Times mengatakan, “Penangguhan akun Twitter pada malam ini terhadap sejumlah jurnalis terkemuka, termasuk Ryan Mac dari The New York Times, patut dipertanyakan dan disayangkan. The Times maupun Ryan tidak ada yang menerima penjelasan mengenai mengapa ini terjadi. Kami berharap semua akun jurnalis diaktifikan kembali dan agar Twitter memberikan penjelasan yang memuaskan atas tindakan ini.”
CNN dalam sebuah pernyataan menyebut penangguhan itu “impulsif dan tidak dapat dibenarkan” dan menyatakan telah meminta Twitter untuk memberi penjelasan. Badan penyiaran itu menyatakan akan mengevaluasi ulang hubungannya dengan platform itu berdasarkan responsnya.
Twitter lebih banyak menggunakan otomatisasi untuk memoderasi konten daripada melakukan evaluasi manual, kata kepala bagian kepercayaan dan keselamatan Twitter yang baru, Ella Iwin, kepada Reuters bulan ini.
Pada waktu akun Herman ditangguhkan, jurnalis kawakan ini telah memiliki sekitar 112 ribu pengikut.
Herman memberitahu VOA pada Kamis larut malam bahwa ia menerima pemberitahuan akunnya telah ditangguhkan secara permanen. Pemberitahuan itu memuat tautan kepada para pengguna yang ingin mengajukan banding atas keputusan itu. Tetapi ketika ia mengkliknya, muncul pesan, “Tidak ada hasil. Mohon coba cari sesuatu yang lain.”
Perubahan di Twitter mengundang keingintahuan audiens global, kata Herman. [uh/ab]
Forum