Setelah mengirimkan empat tim evakuasi keempat titik gempa utama dan mengevakuasi 123 orang di hari kedua pasca gempa bumi, KBRI Angkara kembali mengirimkan satu tim ke daerah gempa pada Jumat (10/2). Tim evakuasi tersebut akan melakukan perjalanan panjang dari Ankara ke Dyarbakirm Sanliurfa, Hatay dan Gaziantep selama tiga hari untuk menyisir WNI yang membutuhkan evakuasi ke Ankara.
Ketua tim evakuasi tahap kedua yang juga atase perdangan KBRI Ankara, Eric Gokasi Nababan, mengatakan pihaknya telah menerima permintaan baru untuk evakuasi dari 12 WNI dari wilayah yang langsung terdampak gempa. Namun, katanya, bukan tidak mungkin selama perjalanan akan ada permintaan baru yang masuk karena gempa susulan masih terus terjadi.
“Kita harapkan ini evakuasi final. No one should be left behind,” ujar Eric.
Wulan Febrianti, Koordinator Logistik untuk pemberian bantuan bagi WNI, mengatakan dalam perjalanan evakuasi ini tim tersebut juga akan mengantarkan 179 paket bantuan bagi WNI yang tersebar di wilayah gempa yang memilih tinggal, namun membutuhkan dukungan logistik. Paket yang berisi seperti jaket, sweater, popok bayi, selimut, air minum dan bahan makanan serta pembalut ini disiapkan KBRI Ankara sesuai dengan kebutuhan masing-masing WNI. Pengiriman ini dilakukan langsung karena jalur pengiriman logistik sudah terhenti sama sekali.
Terdapat sekitar 500 WNI di 10 lokasi utama gempa di Turki. Sejumlah 123 orang sudah dievakuasi, satu orang belum bisa dihubungi dan belum diketahui keberadaannya, sementara sisanya sudah mendapatkan tempat yang aman di keluarga atau teman sehingga tidak memilih evakuasi.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan satu dari dua orang Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai terapis spa dan sempat dinyatakan hilang berhasil ditemukan. Tim KBRI Ankara hingga saat ini masih mencari satu lainnya.
“Awalnya ada dua, satu sudah bisa dikontak dan alhamdulilah kondisi yang bersangkutan selamat. Yang satu lagi di Diyarbakir belum bisa dihubungi, untuk itulah kita kirim tim ke Diyarbakir untuk mengetahui kondisinya,” kata Judha.
Tim evakuasi kedua yang dikirim KBRI Angkara, kata Judha, juga akan mengunjungi Adana untuk berkoordinasi dengan AFAD (Badan Penanggulangan Bencana Turki) mengenai kedatangan tim evakuasi yang akan terbang Sabtu (11/2) dan tim medis dari Indonesia akan terbang Senin pekan depan. Tim evakuasi terdiri dari 47 personel, sementara tim medis tersusun dari 105 orang.
Judha menjelaskan, pengiriman tim evakuasi dan medis tersebut atas permintaan pemerintah Turki, sementara pemerintah Suriah hanya mengajukan permohonan bantuan logistik saja. Sampai saat ini, menurut Judha, belum ada laporan mengenai warga Indonesia yang menjadi korban tewas atau luka akibat gempa di Suriah.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kamis (10/2), mengungkapkan TNI Angkatan udara akan memberikan dukungan dua pesawat, yaitu Boeing dan Hercules. Dia menambahkan untuk tahap awal akan ada tim perintis dari Badan SAR Nasional atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Ke depannya, apabila nanti tim yang ke sana (menyampaikan) apa yang dibutuhkan, baru nanti kita kiri berikutnya, tim tenaga kesehatan, mungkin tim Zeni, atau tim anjing pelacak yang untuk mencari korban," tutur Yudo.
Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo terjadi Senin lalu di dekat Kota Gaziantep dan berdampak di sepuluh provinsi, yakni Kahramanmaras, Adana, Adiyaman, Osmaniye, Hatay, Kilis, dan Malatya di selatan Turki, serta Sanliurfa, Diyarbakir, dan Gaziantep di tenggara negara itu.
Korban tewas akibat gempa juga dilaporkan di enam provinsi di Suriah, yaitu Latakia, Aleppo, Homs, Hama, Tartus, dan Idlib.
Hingga kabar ini dilansir, menurut AFAD, korban tewas di Turki bertambah menjadi 18.991 orang dan sedikitnya 72.879 lainnya cedera. Sementara di Suriah, lebih dari 3.868 orang tewas dan paling tidak 5.297 lainnya cedera. [fw/ab]
Forum