Pertandingan antara dua klub sepakbola ditunda karena risiko kerusuhan penonton lebih lanjut, kata polisi, Kamis (2/3). Laga kedua klub itu Oktober lalu berakhir dengan insiden kepanikan penonton yang menelan korban jiwa karena terinjak-injak.
Meskipun pertemuan liga mereka berikutnya menurut rencana akan dimainkan secara tertutup pada hari Minggu, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto, mengatakan pertandingan itu dianggap berisiko tinggi karena klub-klub itu "memiliki sejarah persaingan."
Kerusuhan usai pertandingan antara Arema FC dan Persebaya pada Oktober 2022 di di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menewaskan 135 penonton. Banyak korban tewas tertinjak-injak saat berusaha melarikan diri dari stadion itu setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton. Tim tuan rumah, Arema, kalah 3-2 dalam pertandingan itu.
Yahya Alkatiri, manajer tim Persebaya mengatakan, pertandingan itu rencananya akan diadakan di dekat Gresik, tetapi polisi menolak izin penyelenggaraan di sana. Arema dan Persebaya tidak bisa bermain di Surabaya karena stadion sepakbola di kota itu sedang direnovasi sebagai bagian dari persiapan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada bulan Mei.
"Ini adalah pertandingan yang penuh risiko," kata Yahya kepada Reuters, seraya menambahkan perkelahian bisa terjadi di luar stadion.
Sepak bola Indonesia telah lama dirundung berbagai masalah, termasuk skandal pengaturan pertandingan dan kerusuhan antar pendukung yang bersaingan, sehingga beberapa pertandingan terpaksa dimainkan secara tertutup.
Pada sebuah pertandingan lain di Jawa Tengah bulan lalu, polisi menggunakan gas air mata untuk menghentikan para penggemar memasuki stadion secara paksa selama pertandingan tertutup itu.
Para penyelidik menyimpulkan penyebab utama insiden yang menewaskan 135 orang tahun lalu itu adalah penggunaan gas air mata yang berlebihan dan sembarangan, yang sebetulnya dilarang oleh badan sepak bola dunia FIFA sebagai alat pengendalian massa. [ab/lt]
Forum