Kepulauan Matsu kini menjadi lebih terisolasi. Sambungan internet untuk penduduk pulau-pulau terluar Taiwan di dekat pantai China itu telah terputus selama sebulan terakhir. Hilangnya saluran komunikasi penting itu berdampak pada bisnis setempat.
Pemilik tempat penginapan, Tsao Li-yu, mengatakan hal itu berdampak pada pemesanan kamar. “Setelah kabel bawah laut terputus, banyak pelanggan membatalkan pesanan kamar mereka untuk bulan Maret dan April,” keluhnya.
Dia memperkirakan bisnisnya telah kehilangan 10% hingga 20% pemesanan kamar karena dia tidak dapat menyediakan Internet. Untuk terhubung ke dunia luar, 14.000 penduduk Matsu bergantung pada dua kabel internet bawah laut yang terhubung ke pulau utama Taiwan.
Pihak berwenang Taiwan telah menemukan dua kapal China di lokasi terpotongnya kedua kabel bawah laut tersebut, berdasarkan data sistem identifikasi otomatis, mirip dengan GPS, yang menunjukkan lokasi kedua kapal tersebut di atas perairan di sana.
Komisi Komunikasi Nasional mengatakan sebuah kapal penangkap ikan China itu diduga memutuskan kabel pertama sekitar 50 kilometer di laut. Enam hari kemudian, pada 8 Februari, kapal kedua, sebuah kapal kargo China memutuskan kabel kedua.
Penjaga pantai Taiwan mengejar kapal penangkap ikan yang mereka curigai memotong kabel pertama pada 2 Februari, tetapi kapal itu melarikan diri kembali ke perairan China, menurut seorang pejabat yang mendapat laporan tentang insiden tersebut dan tidak berwenang untuk membahas masalah tersebut secara publik.
Pemerintah Taiwan tidak sampai pada pernyataan yang menuduh pemutusan kabel Internet tersebut disengaja dilakukan oleh pihak Beijing dan tidak ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa kapal-kapal China bertanggung jawab. Kapal penangkap ikan dan kapal keruk pasir China sering memasuki perairan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Su Tzu-yun adalah pakar pertahanan di lembaga penelitian pemerintah, Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional.
“Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa China merusaknya dengan sengaja, karena penelitian Angkatan Laut AS menunjukkan bahwa negara-negara di dunia yang mampu menghancurkan atau merekatkan kabel bawah laut adalah Rusia dan China,” tukasnya.
Dia mengutip sebuah penelitian bahwa hanya China dan Rusia yang memiliki kemampuan teknis untuk melakukan ini. “Taiwan perlu menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk memperbaiki dan melindungi kabel,” tambahnya.
Sebagian pakar menduga China mungkin telah memotong kabel tersebut sebagai bagian dari intimidasi terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang dianggapnya sebagai wilayahnya. Mereka merujuk pada penghancuran infrastruktur Internet Ukraina oleh Rusia sebagai senjata perang.
China secara teratur mengirim pesawat tempur dan kapal angkatan laut ke wilayah Taiwan untuk mengintimidasi pemerintahan demokratis di pulau itu.
Untuk sementara, penduduk Kepulauan Matsu terpaksa terhubung ke Internet terbatas melalui transmisi radio gelombang mikro, teknologi lama, sebagai cadangan. Itu berarti seseorang bisa menunggu berjam-jam untuk mengirim SMS. Panggilan telepon akan terputus, dan video tidak bisa ditonton.
Chunghwa Telecom telah memasang transmisi gelombang mikro sebagai cadangan bagi penduduk. Dipancarkan dari Yangmingshan, sebuah gunung di luar Taipei, ibu kota Taiwan, relai itu memancarkan sinyal sejauh sekitar 200 kilometer ke Matsu.
Wang Chung Ming, kepala Distrik Lienchiang, sebutan resmi pulau Matsu, mengatakan dia dan legislator dari Matsu pergi ke Taipei tidak lama setelah internet rusak untuk meminta bantuan, dan diberi tahu bahwa mereka akan mendapatkan prioritas untuk setiap rencana pengadaan sambungan Internet pada masa mendatang.
Namun, untuk saat ini, satu-satunya hal yang bisa dilakukan warga adalah menunggu. Kapal peletakan kabel diperkirakan bisa datang paling awal 20 April, karena jumlah kapal yang bisa melakukan pekerjaan itu terbatas. [lt/jm]
Forum