Kelompok Tujuh negara kaya atau G7 sepakat untuk menyerukan pengurangan konsumsi gas dan meningkatkan penggunaan listrik dari sumber energi terbarukan (EBT). Negara-negara tersebut juga sepakat menghapus bahan bakar fosil lebih cepat dan menyetop pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru, kata Menteri Transisi Energi Prancis pada Sabtu (15/4).
Namun, para menteri lingkungan dan energi G7 belum sepakat mengenai tanggal pasti untuk menghentikan operasi pembangkit listrik tenaga uap batu bara (PLTU), kata Menteri Transisi Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher.
“Negara-negara G7 sepakat bahwa tanggapan pertama terhadap krisis energi adalah harus dengan mengurangi konsumsi energi dan gas. Untuk pertama kalinya, G7 mengatakan bahwa kita harus mempercepat penghapusan semua bahan bakar fosil secara bertahap. Akhirnya, itu mengirim pesan tentang percepatan energi terbarukan," kata Pannier-Runacher.
G7 memutuskan untuk mendukung tujuan "secara drastis meningkatkan listrik yang dihasilkan oleh energi terbarukan," kata seseorang yang mengetahui diskusi tersebut secara terpisah kepada Reuters.
Para menteri juga mempertimbangkan target spesifik untuk meningkatkan kapasitas tenaga surya menjadi setidaknya 1 terawatt dan kapasitas tenaga angin lepas pantai menjadi 150 gigawatt pada 2030, kata sumber tersebut.
Jepang, negara yang miskin sumber energi, mendorong adanya investasi pada sektor gas untuk menjaga gas alam cair dalam bauran energi sebagai bahan bakar transisi. Sebagian negara-negara anggota G7 turut mendukung usulan Jepang tersebut.
"Keharusan pasokan gas hanya bersifat jangka pendek. Hal ini (menunjukkan) secara implisit bahwa kita tidak dapat berinvestasi dalam eksplorasi (proyek) gas baru," kata Pannier-Runacher, seraya menambahkan bahwa energi nuklir didukung oleh G7 sebagai "solusi untuk transisi energi" demi keamanan suplai. [ah/ft]
Forum