Di tengah salju pagi itu, Wali Kota Bill Bazzi menyambut VOA ke kantornya di Balai Kota Dearborn Heights, Michigan. Ia sudah menghuni kantor itu selama dua tahun terakhir. Kota kecil di pinggiran Detroit itu senyap dari pemberitaan di kancah nasional. Namun, Bill imigran asal Lebanon ingin membawa perubahan ke kotanya.
"Saya tidak tertarik terjun ke dunia politik, tapi dunia politik sendiri yang menyeret saya ke dalamnya. Ini bukan sesuatu yang ingin saya lakukan, tapi saya bercita-cita membuat perubahan, dan seperti yang saya selalu katakan, jika Anda ingin menciptakan perubahan, maka Anda harus menjadi bagian dari perubahan tersebut. Anda tidak bisa berada di luarnya," ujar Bill.
Bill dan keluarganya melarikan diri dari peperangan di negara asalnya tahun 1977, ketika ia berusia 12 tahun. Di AS, ia berjuang menempuh pendidikan akibat kendala bahasa dan kemampuan baca-tulisnya yang minim.
Namun, semua itu berhasil dilalui hingga ia menjadi seorang marinir dan ahli aeronautika, serta sempat bekerja untuk perusahaan Boeing dan Ford.
Bill lantas memulai kiprahnya di Kota Dearborn Heights pada 2017 dengan menjadi anggota dewan kota, sebelum terpilih sebagai wali kota pada 2021.
Kisah serupa dialami Amer Ghalib, Wali Kota Hamtramck, kota yang berjarak sekitar 15 menit dari Dearborn Heights. Amer, imigran asal Yaman, pindah seorang diri ke Amerika ketika berusia 17 tahun. Ia memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja di pabrik otomotif sambil menamatkan bangku SMA.
Ia lantas melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran, sembari menekuni hobinya dalam dunia politik.
"Tamat sekolah, saya kembali bekerja dan terlibat di kegiatan masyarakat sambil tetap terlibat dalam dunia politik, baik di dalam maupun luar negeri. Saya mampu menjalin hubungan baik dengan banyak orang. Dan ketika waktunya tepat, saya memutuskan untuk langsung mencalonkan diri sebagai wali kota," kata Amer.
Pada tahun 2021, Bill, Amer dan Abdullah Hammoud – wali kota Deaborn – mencetak sejarah sebagai wali kota Muslim berketurunan Arab pertama di kota mereka masing-masing.
Meningkatnya populasi keturunan Arab serta kesadaran berpolitik memperluas kesempatan para kandidat ini untuk terpilih menjadi wakil rakyat.
"Kepemimpinan politik dari komunitas Muslim seperti saat ini, di mana mereka sukses terpilih dalam pemilu, adalah hal baru. […] Masyarakat keturunan Yaman khususnya mengatakan bahwa mereka sudah lama menjadi bagian dari kota ini dan merasa berhak memiliki perwakilan. […] Mereka aktif melobi dan mengadvokasi agar pemilu dilakukan di tingkat distrik, bukan di tingkat kota, supaya warga di lingkungan mereka berkesempatan untuk dipilih," ujar Sally Howell, Direktur Pusat Studi Arab-Amerika University of Michigan-Dearborn.
Bagi Amer, pencapaian bersejarah itu harus dijalankan tanpa cela. Pasalnya, masih banyak pihak yang berpandangan negative terhadap Muslim.
"(Katanya) Muslim tidak ramah dan tidak cinta damai, beberapa orang takut dan khawatir akan kepemimpinan kami. Mereka khawatir apa yang akan terjadi pada kota mereka. Jadi kami buktikan kepada mereka bahwa kami sama saja dengan yang lain. Fokus kami adalah melayani seluruh masyarakat, seluruh kota. […] Ini menjadi tanggung jawab yang lebih besar bagi kami daripada pemimpin non-muslim, karena Anda selalu disorot dan gerak-gerik sekecil apa pun berpotensi viral. Jadi kami harus sangat berhati-hati, harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa kami bisa membawa perubahan positif bagi masyarakat," papar Amer.
Salah satu perubahan itu ia wujudkan pada awal tahun 2023. Kota Hamtramck mengizinkan penyembelihan hewan di rumah pribadi untuk alasan keagamaan, sesuai jaminan kebebasan beragama amandemen pertama konstitusi AS.
Lain Amer, lain pula Bill Bazzi. Bill mengaku tidak pernah menganggap identitasnya sebagai Muslim keturunan Arab sebagai beban ataupun keuntungan.
"Tidak ada hubungannya. Sebagian besar pendorongnya ada dalam nilai yang tertanam dalam diri saya melalui keluarga, untuk selalu berbuat baik, harus membantu orang lain. Tumbuh besar keluarga saya selalu terlibat dalam berbagai program kemasyarakatan, tidak hanya untuk warga Arab-Amerika, tapi juga untuk semua orang, apalagi saya di militer, saya disumpah untuk membela konstitusi Amerika Serikat dari semua musuh di luar dan dalam negeri. Saya ingin memastikan saya melakukan hal yang sama di kampung halaman, saya ingin memastikan saya mewakili semua orang, tidak peduli siapa mereka," kata Bill.
Namun tak dapat dipungkiri, keterwakilan di level kepemimpinan menimbulkan rasa kepemilikan yang lebih besar akan suatu wilayah di kalangan masyarakat yang terpinggirkan selama ini.
"Rasanya luar biasa memiliki perwakilan di pemerintah kota. Pemerintah yang mencerminkan mayoritas penduduk benar-benar membuat masyarakat merasa diakui. Selama bertahun-tahun, dari tahun 1980-an hingga 1990-an, ketika masyarakat masih berkembang hingga menjadi seperti sekarang, mereka tidak pernah memiliki keterwakilan itu di pemerintahan, sehingga mereka merasa kebutuhan mereka tidak dipenuhi dan kekhawatian mereka tidak didengar," ujar Matthew Jaber Stiffler, peneliti di Arab American National Museum.
"Dan sekarang dengan adanya orang-orang yang punya latar belakang yang sama dengan mereka memimpin kota, yang mana masuk akal karena mereka adalah sebagian besar dari populasi, mereka merasa dilihat dan diwakili," lanjutnya. [rd/vg]
Forum