Serangkaian serangan dari kelompok militan yang didukung Iran terhadap personel militer Amerika Serikat di Suriah pada bulan lalu, menyebabkan cedera otak traumatis pada 23 personel militer, kata pejabat Departemen Pertahanan kepada VOA. Seorang kontraktor Amerika tewas, dan 25 personel militer AS terluka dalam serangan itu.
Tiga belas dari 26 korban merupakan akibat dari serangan lanjutan pasukan yang didukung Iran di Suriah yang dilakukan setelah AS membalas serangan mematikan di timur laut negara itu pada 23 Maret lalu, demikian menurut sejumlah pejabat pertahanan.
Pengungkapan cedera terbaru itu menimbulkan pertanyaan seberapa efektif serangan balasan AS dalam menghalangi militan yang berupaya melukai anggota dan kontraktor militer Amerika Serikat di Suriah.
“Tanggapan AS terhadap serangan-serangan tersebut tampaknya hanya ingin tidak mempedulikannya dan berharap serangan itu akan berhenti. Tetapi milisi ini tidak akan berhenti,” kata pensiunan Kolonel Myles Caggins III, seorang peneliti senior di New Lines Institute for Strategy and Policy, kepada VOA, seraya menambahkan bahwa serangan yang didukung Iran telah berlangsung terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah sejak 2018.
Ketika ditanya apakah serangan AS terbaru, yang menargetkan beberapa fasilitas yang digunakan oleh kelompok-kelompok afiliasi Garda Revolusi Islam Iran, telah menghalangi militan untuk melakukan serangan di masa depan, juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder kepada wartawan pada 13 April lalu mengatakan militer AS akan terus melakukan segala yang perlu dilakukan pada waktu dan tempat yang ditentukan untuk memastikan militer AS berhasil mencegah serangan dan menjaga pasukan AS. [my/jm]
Forum