Pasukan yang bertempur di jalan-jalan ibu kota Sudan mengumumkan gencatan senjata 24 jam hari Rabu, sehari setelah gencatan serupa gagal ditegakkan. Angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengumumkan secara terpisah bahwa mereka akan menghentikan untuk sementara pertempuran mulai pukul 6 sore. Ada laporan mengenai pertempuran sporadis setelah gencatan senjata diberlakukan.
Di Washington, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre meminta kedua pihak agar menghormati gencatan senjata, “meninggalkan kekerasan dan kembali ke perundingan.” Ia mengatakan dua jenderal tertinggi di negara itu, yang pasukan mereka telah mengubah ibu kota menjadi zona perang selama lima hari terakhir, “bertanggung jawab untuk memastikan perlindungan warga sipil dan mereka yang tidak terlibat pertempuran.”
Pertempuran hebat dilaporkan sebelumnya pada hari Rabu di sekitar markas besar utama militer di Khartoum, dengan jet-jet militer melancarkan serangan udara terhadap pasukan RSF yang berupaya merebut kompleks tersebut.
Jalan-jalan di ibu kota kosong kecuali para pejuang dan orang-orang yang berupaya melarikan diri dari kota itu, sebagian dengan berjalan kaki, sebagian lagi berjejalan di dalam kendaraan. Sebagian besar warga telah berlindung di dalam rumah guna menghindari pertempuran. Mereka menghadapi pemadam listrik dan persediaan makanan yang menipis.
“Khartoum telah berubah menjadi kota hantu,” kata Atiya Abdalla Atiya, sekretaris Sindikat Dokter Sudan, yang masih berada di ibu kota.
Pertempuran telah menewaskan hampir 300 orang dalam lima hari terakhir, kata badan kesehatan PBB. Akan tetap jumlah korban kemungkinan besar lebih banyak, karena banyak mayat dibiarkan di jalan-jalan, tidak dapat diambil karena bentrokan di sana.
Para pemimpin dunia telah menekan Jenderal Abdel Fatah al-Burhan, panglima militer Sudan, dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, komandan pasukan para militer RSF, untuk menghentikan pertempuran. Pasukan mereka yang saling bersaing itu setuju mengadakan gencatan senjata pada hari Selasa setelah secara terpisah berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang mengimbau gencatan senjata dengan alasan kemanusiaan.
Gencatan senjata itu gagal hanya dalam beberapa menit setelah diberlakukan dan pertempuran berkecamuk sepanjang hari Rabu. [uh/ab]
Forum