Perekonomian Indonesia pada Kuartal-I masih tumbuh didorong oleh konsumsi rumah tangga dan perdagangan luar negeri yang masih positif di tengah perlambatan perekonomian global dan penurunan harga komoditas produk utama ekspor.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) M Edy Mahmud menyampaikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen secara tahunan pada kuartal I-2023. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi pada Triwulan-I, yaitu 2,44 persen dan diikuti oleh perdagangan luar negeri yang tumbuh 2,10 persen.
“Kalau kita perhatikan, dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan perdagangan luar negeri masih cukup kuat mendorong pertumbuhan (ekonomi) di Triwulan-I 2023,” jelas Edy Mahmud secara daring, Jumat (5/5/2023).
Edy menjelaskan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertinggi terjadi pada transportasi dan komunikasi yang tercermin dalam peningkatan penjualan sepeda motor dan mobilitas penumpang transportasi darat, laut dan udara. Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga terjadi pada hotel dan restoran.
Kendati demikian, jika dibandingkan kuartal akhir 2022, perekonomian Indonesia mengalami penurunan 0,94 persen. Menurut Edy, perekonomian Indonesia memang selalu terkontraksi pada triwulan I. Dia mencontohkan perekonomian Indonesia terkontraksi 0,94 persen pada triwulan I 2022 dan 0,93 persen pada 2021.
Namun, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih stabil, ujarnya.
“Tren pertumbuhan ekonomi tahunan masih tumbuh pada level 5 persen menandakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil,” ujarnya.
Dari sisi lapangan usaha, Edy menambahkan lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di antaranya industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan. Dari sisi ekspor, yang berkontribusi yaitu komoditas nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja.
Secara spasial struktur ekonomi, kelompok provinsi di Pulau Jawa masih mendominasi dengan 57,17 persen, kata Edy. Pulau lainnya yang turut menyumbang, yaitu Sumatera 21,82 persen dan Kalimantan 9 persen.
Pertumbuhan positif juga dialami sejumlah mitra dagang Indonesia pada kuartal I-2023 antara lain Tiongkok 4,5 persen, India 4,41 persen, dan Malaysia 5,1 persen.
PDB Indonesia di Bawah Kinerja Ideal
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03 persen secara tahunan masih di bawah kinerja ideal. Ia beralasan konsumsi rumah tangga belum memberikan sumbangan yang maksimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), meskipun pemerintah telah mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Dengan adanya pencabutan PPKM seharusnya konsumsi rumah tangga sebagai komponen penyumbang PDB terbesar tumbuh di atas level 5 persen, namun hanya mampu tumbuh 4,54 persen," ujar Bhima kepada VOA, Jumat (5/5/2023).
"Artinya, ada penghambat utama masyarakat mengeluarkan uang untuk belanja salah satunya karena tingginya inflasi pada kuartal I 2023, dibarengi dengan kenaikan suku bunga pinjaman hingga ketidakpastian situasi ekonomi global," ujar Bhima kepada VOA, Jumat (5/5/2023).
Bhima menambahkan kinerja ekspor melambat sebesar -5,4 persen dibanding kuartal IV 2022 perlu diwaspadai karena berpengaruh pada motor pertumbuhan sepanjang 2023. Ditambah lagi, seluruh pelaku usaha dan pemerintah harus mengantisipasi koreksi tajam harga komoditas ekspor pada tahun ini.
"Kita perlu switch ke penguatan pasar domestik dan meningkatkan porsi ekspor manufaktur ke negara-negara alternatif," tambahnya.
Bhima memperkirakan tantangan ekonomi pada kuartal-II khususnya setelah Lebaran akan semakin kompleks. Sebab, konsumsi rumah tangga bisa lebih rendah pada periode berikutnya karena indikator inflasi inti pada April 2023, yakni 2,83 persen secara tahunan lebih rendah dari Maret sebesar 2,94 persen. Inflasi inti menunjukkan dorongan sisi permintaan yang melemah.
"Selain itu setelah lebaran adalah low-season sehingga daya dorong konsumsi sebaiknya dibangkitkan dengan mempercepat serapan belanja pemerintah, mengendalikan inflasi sisi pasokan terutama transportasi dan pangan, hingga menurunkan kembali pajak-pajak yang hambat pemulihan ekonomi," ujarnya.
Bhima menilai tanpa upaya yang luar biasa dari pemerintah maka ekonomi akan kehilangan tenaga untuk dapat mencapai target pertumbuhan 5,3 persen pada 2023. CELIOS memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berkisar 4,9-5 persen secara tahunan. [sm/ft]
Forum