Gedung Putih mengatakan pada Jumat (9/6) bahwa Rusia tampaknya memperdalam kerja sama pertahanannya dengan Iran. Bahkan Moskow disebut telah menerima ratusan drone serangan satu arah yang digunakannya untuk menyerang Ukraina.
Gedung Putih mengutip informasi yang baru dideklasifikasi mengatakan drone, atau Uncrewed Aerial Vehicles (UAV), dibuat di Iran, dikirim melintasi Laut Kaspia dan kemudian digunakan oleh pasukan Rusia saat melawan Ukraina.
“Rusia telah menggunakan UAV Iran dalam beberapa pekan terakhir untuk menyerang Kyiv dan meneror penduduk Ukraina, dan kemitraan militer Rusia-Iran tampaknya semakin dalam,” kata juru bicara Gedung Putih John Kirby dalam sebuah pernyataan.
“Kami juga prihatin bahwa Rusia bekerja sama dengan Iran untuk memproduksi UAV Iran dari dalam Rusia,” kata pernyataan itu.
Kirby mengatakan AS memiliki informasi bahwa Rusia menerima bahan dari Iran yang diperlukan untuk membangun pabrik pembuatan drone yang dapat beroperasi penuh pada awal tahun depan.
“Kami merilis citra satelit dari rencana lokasi pabrik pembuatan UAV ini di Zona Ekonomi Khusus Alabuga Rusia,” katanya.
AS sebelumnya menjatuhkan sanksi kepada beberapa eksekutif Iran di sebuah perusahaan pembuat alat-alat pertahanan. Iran sendiri mengakui pihaknya mengirim drone ke Rusia, tetapi Teheran mengklaim pengiriman itu dilakukan sebelum Moskow menggencarkan invasi ke Kyiv pada Februari 2022. Moskow membantah pasukannya menggunakan drone Iran di Ukraina. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Iran telah mengirim beberapa ratus drone ke Rusia sejak Agustus.
Kirby mengatakan Iran dan Rusia saling mendukung terkait agresi tersebut sejalan dengan target Teheran untuk mendapatkan perlengkapan militer bernilai miliaran dolar dari Rusia, termasuk helikopter dan radar.
“Rusia menawarkan kerja sama pertahanan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Iran, termasuk pada rudal, elektronik, dan pertahanan udara,” katanya.
“Ini adalah kemitraan pertahanan skala penuh yang berbahaya bagi Ukraina, tetangga Iran, dan komunitas internasional. Kami terus menggunakan semua alat yang kami miliki untuk mengekspos dan mengganggu kegiatan ini termasuk dengan membagikannya kepada publik – dan kami siap untuk berbuat lebih banyak."
Kirby mengatakan transfer drone merupakan pelanggaran terhadap peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan AS akan berupaya meminta pertanggungjawaban kedua negara.
Inggris, Prancis, Jerman, AS, dan Ukraina mengatakan pasokan drone buatan Iran ke Rusia melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2015 yang mengatur kesepakatan nuklir Iran.
Di bawah resolusi PBB 2015, embargo senjata konvensional terhadap Iran diberlakukan hingga Oktober 2020.
Ukraina dan kekuatan Barat berpendapat bahwa resolusi tersebut mencakup pembatasan rudal dan teknologi terkait hingga Oktober 2023 dan dapat mencakup ekspor dan pembelian sistem militer canggih seperti drone. [ah/ft]
Forum