Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Vedant Patel mengatakan pernyataan Presiden Joe Biden yang menyamakan pemimpin China Xi Jinping sebagai seorang diktator seharusnya tidak mengejutkan.
“Kami tidak akan ragu untuk menyampaikan hal-hal yang tidak kami setujui atau terus terang tentang beberapa perbedaan ini. Tentu saja salah satu bidang yang telah dijelaskan oleh Presiden dan Menteri Luar Negeri adalah perbedaan antara demokrasi dan otokrasi,” ujar Patel.
Dalam penggalangan dana untuk kampanye presiden tahun 2023, Biden mengatakan Xi tidak menyadari keberadaan balon China yang terbang di atas wilayah udara Amerika, yang diduga sebagai balon mata-mata, dan kemudian ditembak jatuh oleh militer Amerika bulan Februari lalu.
“Ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi, hal ini merupakan suatu hal yang sangat memalukan bagi diktator,” kata Biden.
Biden menambahkan bahwa ketika Amerika menembak jatuh balon itu, Xi sangat malu dan menyangkal keberadaan balon itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning membalas pernyataan itu hari Rabu (21/6) dalam konferensi pers hariannya.
“Pernyataan Amerika benar-benar tidak masuk akal dan tidak bertanggung jawab, sangat bertentangan dengan fakta dan telah secara serius melanggar protokol diplomatik, dan sangat melanggar martabat politik China. Ini adalah provokasi politik yang terang-terangan,” kata Mao.
Biden menyampaikan pernyataannya sehari setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken menyelesaikan lawatan ke Beijing untuk memulihkan hubungan bilateral yang berada pada titik terendah dalam sejarah pasca insiden balon Februari lalu.
Mitra senior di American Enterprise Institute, Zack Cooper, mengatakan, “Jika lawatan (Blinken) kemudian diikuti dengan kritik langsung dari pejabat yang sangat senior, saya kira China akan bertanya-tanya apa tujuan lawatan itu.”
Meskipun lawatan Blinken tidak membuat terobosan berarti, ia dan Xi telah sepakat untuk menstabilkan persaingan Amerika dan China sehingga tidak mengarah pada konflik. [em/jm]
Forum