Presiden Amerika Joe Biden mengadakan pertemuan kedua di Gedung Putih dengan pemimpin seremonial moderat Israel, Presiden Isaac Herzog, yang membahas berbagai masalah termasuk peningkatan hubungan Rusia dengan Iran. Keduanya juga membahas normalisasi diplomatik lebih lanjut dengan negara-negara tetangga Israel dan kekhawatiran pemerintahan Biden atas langkah perdana menteri konservatif menuju perubahan sistem peradilan dan perluasan permukiman di Tepi Barat.
Ini adalah kunjungan kedua Presiden Israel Isaac Herzog ke Gedung Putih dalam waktu kurang dari setahun. Kunjungan ini boleh dikatakan mencolok mengingat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hingga kini belum pernah datang ke Kantor Oval Gedung Putih untuk menemui Biden.
Pada hari Selasa, kedua presiden membahas dasar-dasar dari apa yang menurut Biden sebagai ikatan kedua negara yang “tidak dapat dipatahkan.”
“Seperti yang saya tegaskan kepada Perdana Menteri Netanyahu kemarin, komitmen Amerika untuk Israel sangat kuat, dan kami juga berkomitmen untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir. Jadi, kami punya banyak hal untuk dibicarakan,” jelasnya.
Herzog juga membahas keprihatinan Biden atas rencana Netanyahu untuk merombak sistem peradilan Israel, yang telah menuai protes besar-besaran dari warga Israel yang mengatakan rencana itu mendorong Israel menuju otokrasi.
“Ini adalah perdebatan yang panas, tetapi juga kebajikan dan penghargaan untuk kebesaran demokrasi Israel. Dan izinkan saya mengulangi, jelas, sebening kristal bahwa demokrasi Israel sehat, kuat, tangguh. Kami mengalami rasa sakit. Tapi saya benar-benar percaya dan saya akan mengatakan kepada Anda, Tuan Presiden, seperti yang saya katakan sebagai kepala negara kepada rakyat Israel, bahwa kami harus selalu berusaha untuk menemukan konsensus secara damai,” kata Isaac Herzog.
Ketua DPR Kevin McCarthy berpidato di parlemen Israel pada bulan Mei. Kejadian itu adalah kali pertama dalam 25 tahun seorang ketua DPR AS berbicara di depan Knesset Israel, dan itu terjadi dalam periode hubungan yang tidak harmonis antara Israel dan pemerintahan Presiden Joe Biden.
McCarthy mencatat bahwa satu-satunya presiden Israel lainnya yang berpidato dalam pertemuan gabungan Kongres adalah ayah Herzog, Presiden Chaim Herzog, lebih dari 35 tahun lalu.
Kepresidenan Israel pada umumnya bersifat seremonial yang dimaksudkan untuk berfungsi sebagai kekuatan pemersatu dan kompas moral di negara yang beragam dan sering terpecah belah itu.
Sementara itu, jutaan warga Amerika yang memiliki hubungan dengan Israel kini memperhatikan apa yang sedang terjadi.
Rabi Jonah Pesner, direktur Pusat Aksi Keagamaan untuk Reformasi Yudaisme, mengatakan, “Kami berdiri bersolidaritas dengan para pengunjuk rasa. Ini adalah harapan terbaik dan terbesar bagi Israel untuk terus berkembang sebagai demokrasi inklusif.”
Kelompok Yahudi yang lebih konservatif tidak setuju dengan pernyataan tesebut.
Beberapa tokoh Partai Republik menuntut pemerintahan Biden untuk tidak ikut campur tangan dalam urusan Israel.
“Apa yang telah dilakukan pemerintahan Biden ini, menurut saya, sangat memalukan. Cara mereka memperlakukan sekutu yang kuat seperti Perdana Menteri Netanyahu sangat memalukan. Apa yang mereka coba lakukan, mendorong Israel ke dalam kebijakan yang buruk adalah hal yang memalukan. Biden perlu menghindari itu dan membiarkan Israel mengatur dirinya sendiri,” jelas Ron DeSantis, gubernur Florida dari Partai Republik, yang mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan presiden 2024.
Gedung Putih mengatakan minggu ini bahwa kedua kepala negara akan bertemu lagi dalam beberapa bulan mendatang, tetapi tidak disebutkan kapan atau di mana.
Setelah meninggalkan Gedung Putih, Herzog berbicara di depan sidang gabungan Kongres pada hari Rabu. [lt/ka]
Forum