Kantor berita AFP melaporkan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara dengan Presiden Nigeria yang menghadapi masalah, Mohamed Bazoum pada Jumat pagi, dan bahwa ia “dapat dihubungi” dan “dalam kesehatan yang baik.”
Pimpinan militer Niger telah menyatakan dukungan mereka bagi penggulingan Bazoum hari Rabu lalu, menentang seruan dari seluruh dunia yang mengutuk pengambilalihan kekuasaan itu dan yang meminta agar supremasi hukum dan tatanan demokrasi di negara itu dihormati.
Garba Souley, salah seorang demonstran, mengatakan “Kalau kita tidak menjadi bagian dari partai [politik] semacam ini sekarang, kita bahkan tidak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri secara bebas. Banyak hal yang dapat menjustifikasi bahwa ini adalah kudeta. Sementara ini, kami tetap optimistis.”
Para pendukung kudeta menyerbu dan membakar kantor pusat Partai untuk Demokrasi dan Sosialisme pimpinan Bazoum.
Souley menambahkan, “Presiden republik ini menempatkan dirinya pada posisi kekuasaan dan kemudian membiarkan berbagai hal terjadi secara kebetulan, terlepas dari konteksnya yang sebetulnya rumit. Lihatlah pada situasi negara, penderitaan yang dihadapi rakyat Niger, masalah ketidakamanan.”
Keberadaan Bazoum tetap belum jelas pada hari Kamis, sehari setelah sekelompok tentara dari pasukan pengawal presiden menahannya di istana presiden dan kemudian mengumumkan penggulingannya di televisi pemerintah.
Sementara itu Abdel Fatau Musah, komisioner urusan politik dan keamanan pada Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), mengatakan kepada VOA bahwa “Bazoum masih menjadi presiden yang sah dan harus dipulihkan kembali kedudukannya sesegera mungkin.”
Berbicara kepada wartawan di New York, Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak para pemimpin kudeta agar mengembalikan Bazoum yang terpilih secara demokratis ke kekuasaan. [uh/ab]
Forum