Vilma Reed pertama kali mengetahui ada si jago merah yang melalap Lahaina ketika dia melihatnya dengan mata kepala sendiri ketika api hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya.
Seperti banyak dari mereka yang melarikan diri dari kobaran api yang menewaskan sedikitnya 80 orang di Pulau Maui di Hawaii, dia tidak mendapatkan peringatan resmi dan tidak ada perintah untuk mengungsi.
"Anda tahu tidak kapan kami mengetahui kalau sedang terjadi kebakaran? Ketika api berada di seberang jalan kami," kata pria berusia 63 tahun itu kepada AFP di tempat parkir pusat evakuasi.
"Gunung di belakang kami terbakar dan tidak ada yang memberi tahu kami apapun."
Reed menggiring putri, cucu, dan dua kucing peliharaannya ke dalam mobil dan pergi ke luar kota.
"Saya berpacu dengan garis api untuk menyelamatkan keluarga saya," katanya.
Penyebab dari kobaran api yang menakutkan ini masih dalam penyelidikan pada Sabtu (13/8). Namun, para ahli mengatakan bahwa apa pun yang memicunya, ada faktor-faktor yang membuatnya menjalar dengan sangat cepat.
Faktor-faktor tersebut termasuk pertumbuhan tak terkendali tumbuhan yang mudah terbakar yang bukan berasal dari daerah itu, topografi vulkanik yang menciptakan angin yang mengeringkan di lereng bawah, musim dingin yang tidak biasa kering, dan badai topan yang bergelombang ratusan kilometer ke arah barat daya.
Hawaii sudah tidak asing dengan bencana alam. Negara bagian AS itu berisiko diguncang gempa bumi, memiliki gunung berapi aktif, sejarah tsunami, dan secara berkala diterpa berbagai tropis yang kuat. Sehingga, ketika kurangnya peringatan dari otoritas pada saat kebakaran terjadi telah membingungkan dan membuat geram banyak pihak.
"Kami meremehkan efek mematikan, kecepatan api," kata anggota kongres Hawaii, Jill Tokuda, kepada CNN.
"Angin badai topan bukan sesuatu yang tidak umum di Hawaii, atau semak kering, atau kondisi berbahaya. Kami sudah melihat ini sebelumnya pada (Topan) Lane. Kami tidak belajar dari pelajaran kami dari Lane (pada 2018) -- bahwa kebakaran semak bisa menyebar akibat angin badai yang bergolak di bawah kami di selatan," kata Tokuda.
Kebakaran itu memutus aliran listrik dan warga Lahaina mengatakan kepada wartawan bahwa mereka tidak mendapat layanan seluler -- saluran umum yang biasa digunakan otoritas untuk memberi tahu warga tentang bahaya.
Warga juga mengalami keterbatasan untuk menonton televisi atau mendengarkan radio, -dua saluran lain di mana peringatan resmi dikeluarkan, akibat pemadaman listrik.
Namun sirene peringatan luar ruangan yang lebih kuat yang dimaksudkan untuk memberi peringatan kepada penduduk pulau tentang bahaya, tidak berbunyi, kata Administrasi Layanan Darurat Hawaii (Hawaii Emergency Services Administration/HI-EMA) pada Jumat (11/8).
"Baik Maui maupun HI-EMA tidak mengaktifkan sirene peringatan di Maui selama insiden kebakaran hutan," kata organisasi tersebut, menurut NBC News.
Gubernur Hawaii Josh Green mengatakan "masih terlalu dini bagi saya untuk mengatakan" apakah ketiadaan sirene itu adalah kegagalan teknis atau keputusan yang disengaja oleh operator.
Pada Jumat, Jaksa Agung Hawaii Anne Lopez, mengatakan bahwa ia sedang memulai penyelidikan terhadap urutan waktu kobaran api, termasuk "pengambilan keputusan kritis" pada saat api menjalar.
'Sirene Besar'
Kamuela Kawaakoa merasa kota itu dibiarkan mengatasi sendiri saat bencana melanda.
"Tidak ada peringatan darurat. Tidak ada sistem peringatan yang berbunyi -- tidak ada apa-apa, jadi beberapa orang bahkan tidak tahu tentang kebakaran sampai (akhirnya terlambat," kata pria berusia 34 tahun ini kepada AFP.
Kawaakoa, yang kini tinggal di tenda, mengatakan bahwa meskipun tanpa layanan seluler dan listrik, seharusnya ada cara untuk memberi tahu orang tentang apa yang sedang terjadi.
"Anda masih bisa menelepon 911 tanpa layanan seluler, seharusnya masih bisa mendapatkan peringatan darurat di ponsel Anda," katanya.
"Dan kemudian kami memiliki sirene besar di tiang... Saya yakin mereka memiliki cara untuk membuatnya berfungsi bahkan tanpa listrik.
Kawaakoa, yang bekerja di restoran Captain Jack yang telah luluh lantak, di Jalan Front yang populer di Lahaina, mengatakan para korban menunjuk kepada kabel listrik yang tumbang sebagai kemungkinan sumber penyalaan kobaran api.
Mengapa, dia ingin tahu, apakah listrik tidak dimatikan?
"Saya merasa masih banyak yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan banyak orang yang tewas dalam kebakaran ini," tukasnya. [ah/ft]
Forum