Dari perjuangan memerangi kemiskinan hingga akses pendidikan, keterwakilan politik hingga kesempatan ekonomi, dunia “mengecewakan perempuan dan anak-anak perempuan,” demikian peringatan yang disampaikan PBB dalam laporannya tentang kesetaraan gender yang diterbitkan hari Kamis (7/9).
Laporan yang disusun UN Women itu meninjau kemajuan yang dicapai dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang diadopsi negara-negara anggota badan tersebut pada tahun 2015, dengan tujuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang pada 2030.
Hasil tinjauan itu suram.
“Ketika kita lihat datanya, tampaknya dunia ini gagal memajukan dan mencapai kesetaraan gender,” kata wakil direktur eksekutif UN Women, Sarah Hendriks, kepada kantor berita AFP.
“Dan menurut saya ini menjadi tujuan yang semakin jauh,” tambahnya.
Tujuan itu fokus pada pewujudan kesetaraan gender pada akhir dekade ini untuk menghapus diskriminasi gender, kekerasan terhadap perempuan, kawin paksa dan mutilasi alat kelamin. Selain itu, membuat beban pekerjaan rumah tangga lebih adil, menjamin akses ke layanan kesehatan reproduksi dan memastikan keterlibatan perempuan dalam kehidupan berpolitik dan ekonomi.
Akan tetapi, “Separuh jalan menuju tahun 2030, dunia justru mengecewakan perempuan dan anak-anak perempuan,” laporan itu memperingatkan, di mana sebagian besar upaya masih jauh dari sasaran.
Setiap tahun, 245 juta perempuan berusia di atas 15 tahun menjadi korban kekerasan fisik oleh pasangan mereka sendiri. Kemudian, 20% perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Selain itu, perempuan mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2,8 jam lebih banyak dibandingkan laki-laki, tanpa dibayar.
Perempuan juga hanya mewakili 26,7% dari seluruh pembuat kebijakan di seluruh dunia.
Untuk mengubah tren-tren itu, dibutuhkan tambahan investasi sekitar $360 miliar per tahun di 50 negara berkembang, yang mewakili 70% populasi dunia, badan itu memperkirakan.
Dana tersebut akan “mampu mengangkat seluruh agenda SDG,” kata Hendriks.
“Kita tahu apa yang harus dilakukan dan seluruh dunia harus membiayainya,” katanya.
“Dan jika kita menjadikan kesetaraan gender sebagai tujuan khusus pembangunan, arahnya akan berubah,” sambungnya, dengan “memperkuat pertanggungjawaban bersama untuk menempatkan perempuan dan anak-anak perempuan sebagai prioritas utama.”
Juli lalu, PBB memperingatkan SDG secara keseluruhan bahwa program itu “dalam bahaya.” PBB menyerukan dibuatnya “rencana penyelamatan” sebelum digelarnya konferensi tingkat tinggi pada 18 dan 19 September mendatang.
Menurut laporan UN Women, banyak hasil dari upaya mewujudkan seluruh SDG berdampak lebih buruk bagi perempuan dibanding umat manusia secara keseluruhan.
Contohnya, dengan laju saat ini, 575 juta orang akan tetap hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2030, jauh dari cita-cita PBB yang ingin mengentaskan kemiskinan. Dari jumlah tersebut, 342 juta di antaranya adalah perempuan, atau sekitar 8% dari total populasi perempuan di dunia, menurut laporan tersebut. [rd/jm]
Forum