Lembaga kajian China yang berafiliasi dengan badan spionase utama negara itu mengatakan pada Sabtu (9/9) bahwa India berusaha mengambil keuntungan dari perannya sebagai tuan rumah KTT G20 untuk mempromosikan agendanya sendiri. Langkah New Delhi tersebut dianggap merugikan kepentingan China.
Kritik tajam dari Institut Hubungan Internasional Kontemporer China, yang berada di bawah Kementerian Keamanan Negara, muncul ketika para pemimpin Kelompok 20 ekonomi terbesar di dunia (G20) memulai pertemuan puncak tahunan mereka yang berlangsung dua hari, di Ibu Kota India, New Delhi, tanpa kehadiran Presiden China Xi Jinping.
Lembaga tersebut menuduh India membawa “kepentingan geopolitik pribadi” ke panggung global. Mereka menyebut kepentingan itu tidak hanya membantu India memenuhi tanggung jawabnya sebagai tuan rumah G20, tetapi juga menciptakan masalah lebih lanjut.
India mengadakan dua pertemuan G20 sebelumnya di wilayah yang disengketakan, satu di wilayah Arunachal Pradesh yang juga diklaim China, dan satu lagi di Kashmir, yang diperebutkan Pakistan.
“Selain menyebabkan gejolak diplomatik dan gejolak opini publik, tindakan India menjadi tuan rumah pertemuan di wilayah yang disengketakan juga telah ‘mencuri perhatian’, menyabotase suasana kerja sama pertemuan G20 dan menghambat pencapaian hasil-hasil substantif,” kata lembaga kajian tersebut dalam komentar yang dipublikasikan di akun WeChat-nya.
Pernyataan tersebut mungkin bisa menjelaskan ketidakhadiran Xi dalam pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Narendra Modi.
Para pejabat China menolak menjelaskan ketidakhadiran tersebut. Namun China mengirimkan Perdana Menteri Li Qiang untuk menghadiri KTT itu.
Kedua negara bertetangga di Asia tersebut tengah berupaya untuk meredakan suhu panas militer mereka yang meningkat di sepanjang perbatasan. Namun New Delhi menggambarkan situasi tersebut sebagai kondisi yang rapuh dan berbahaya. Sejak 2020, New Delhi juga meningkatkan pengawasan terhadap bisnis dan investasi China.
Minggu lalu, ketika bereaksi terhadap berita bahwa Xi tidak akan menghadiri KTT G20, Presiden Amerika Serikat (AS) Biden mengatakan dia “kecewa” tetapi akan “bertemu dengannya.”
Lembaga kajian itu juga menuding India mencoba menggunakan isu restrukturisasi utang untuk menyerang China, dan sering bekerja sama dengan AS dan negara-negara Barat dalam mendukung teori “perangkap utang.” Hal tersebut dilakukan ketika Beijing menawarkan pinjaman kepada negara-negara miskin untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan seperti pelabuhan atau jalan.
Langkah India “dapat lebih lanjut menciptakan perbedaan dan perpecahan, menghambat komunitas internasional dalam mencapai konsensus dan hasil-hasil substantif, dan pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada citra internasional dan kepentingan pembangunan global,” imbuh lembaga tersebut. [ah/ft]
Forum