Penyeberangan itu dibuka kembali setelah berminggu-minggu terjadi protes keras di sepanjang perbatasan Gaza dengan Israel, di mana para demonstran melemparkan bahan peledak dan batu serta meluncurkan balon pemicu kebakaran.
Protes tersebut telah meningkatkan ketegangan, mendorong Israel melancarkan serangan udara yang menarget pos-pos militer milik kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza.
Kamis pagi, para pekerja memadati penyeberangan sebelum diizinkan lewat, dan sebagian di antara mereka beristirahat di rerumputan sambil menunggu untuk menyeberang. “Saya sangat terdampak oleh penutupan ini. Saya kesulitan membayar utang atau membeli makanan untuk anak-anak saya,” kata Karam Muharib, seorang buruh.
Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (Coordinator of Government Activities in the Territories/COGAT), badan pertahanan Israel yang menangani urusan sipil Palestina, mengatakan pada Rabu malam bahwa penyeberangan akan dibuka kembali dan langkah itu dapat dilanjutkan jika ketenangan tetap terjaga.
Penyeberangan Erez adalah satu-satunya jalur pejalan kaki keluar dari wilayah pesisir menuju Israel bagi sekitar 18.000 warga Palestina dari Gaza yang bekerja di Israel.
Pekerjaan di Israel sangat diminati, dengan bayaran hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan pekerjaan serupa di Gaza. Tingkat pengangguran di wilayah tersebut, yang berada di bawah blokade Israel-Mesir sejak 2007, telah mencapai hampir 50 persen.
Israel mengatakan blokade diperlukan untuk mencegah Hamas mempersenjatai diri. Namun penutupan tersebut telah menghambat perekonomian Gaza dan membuat kehidupan lebih dari dua juta orang yang tinggal di sana semakin sulit. Tidak jelas berapa lama penyeberangan Erez akan tetap dibuka.
Hari libur Yahudi selama seminggu dimulai saat matahari terbenam pada hari Jumat dan Israel biasanya menutup penyeberangan selama hari-hari libur. [lt/uh]
Forum