Tautan-tautan Akses

Tunggu Persetujuan Menteri Pertahanan, Israel akan Tutup Al Jazeera


Sejumlah pegawai stasiun televisi Al Jazeera di Yerusalem, Israel, tampak menjalankan pekerjaannya pada 7 Agustus 2017. (Foto: Reuters/Ammar Awad)
Sejumlah pegawai stasiun televisi Al Jazeera di Yerusalem, Israel, tampak menjalankan pekerjaannya pada 7 Agustus 2017. (Foto: Reuters/Ammar Awad)

Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi mengatakan keputusan untuk menutup biro lokal TV Al Jazeera kini tinggal menunggu persetujuan dari menteri pertahanan negara itu, kata surat kabar online Times of Israel.

Karhi sebelumnya menyebut Al Jazeera sebagai “corong propaganda” kelompok militan Hamas, yang menginvasi Israel selatan pada 7 Oktober dan menewaskan lebih dari 1.400 orang.

Karhi juga menuduh Al Jazeera mengekspos tentara Israel untuk kemungkinan serangan dari Gaza. Kepada Radio Angkatan Darat Israel, ia mengatakan, “Ini adalah stasiun yang menghasut, yang memfilmkan pasukan di daerah berkumpul [di luar Gaza] .. yang menghasut menentang warga negara Israel.”

Pada pertengahan Oktober, pemerintah menyetujui peraturan darurat yang mengizinkan pemerintah menutup sementara media berita asing, jika pemerintah yakin saluran tersebut membahayakan keamanan nasional.

Kelompok kebebasan pers mengecam peraturan itu dan kemungkinan penutupan Al Jazeera di Israel.

“Kami sangat prihatin akan ancaman pejabat Israel untuk menyensor liputan media mengenai konflik Israel-Gaza yang sedang berlangsung, dengan menggunakan tuduhan yang mengada-ada yang dikatakan akan merugikan moral nasional,” kata Sherif Mansour, yang meliput Timur Tengah untuk Komite Perlindungan Jurnalis atau CPJ dalam pernyataan 18 Oktober.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken sebelumnya meminta perdana menteri Qatar untuk membatasi liputan Al Jazeera mengenai konflik tersebut, Axios melaporkan pekan lalu. Axios mengatakan Blinken mengacu pada Al Jazeera Arab, bukan Al Jazeera Inggris.

Al Jazeera dimiliki negara Qatar tetapi mempertahankan independensi editorial.

Perang antara Israel dan Hamas telah menimbulkan banyak korban jiwa bagi para jurnalis – terutama di Gaza, yang dibombardir Israel tanpa henti sejak serangan Hamas. Hingga Rabu, setidaknya 33 jurnalis tewas dalam konflik tersebut, menurut CPJ, termasuk 28 warga Palestina, empat warga Israel, dan satu warga Lebanon.

Organisasi Reporters Without Borders, pada Selasa (31/10), mengajukan pengaduan ke Pengadilan Kriminal Internasional atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan terhadap jurnalis dalam konflik tersebut. Pengaduan itu mencakup delapan wartawan Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Gaza, dan satu wartawan Israel yang terbunuh pada 7 Oktober ketika meliput serangan Hamas di kibbutz. [ka/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG