Maladewa pada Jumat (17/11) akan melantik seorang presiden yang berjanji akan memupuk “hubungan yang kuat” dengan China dan mengusir pasukan India yang ditempatkan di kepulauan Samudera Hindia yang berlokasi strategis itu.
Mohamed Muizzu, 45, terpilih pada bulan September sebagai pengganti pendahulunya yang pro-China yang dipenjara karena tuduhan korupsi. Ia akan dilantik di Taman Republik di Ibu Kota, Male.
Juru bicara Majlis Rakyat, atau parlemen, yang menjadi tuan rumah pelantikan tersebut, mengatakan bahwa badan tersebut memperkirakan kehadiran perwakilan-perwakilan tingkat tinggi dari China dan India, serta Bangladesh, Seychelles, dan Sri Lanka.
Dikenal sebagai salah satu tujuan liburan termahal di Asia Selatan, dengan pantai putih bersih dan resor terpencil, Maladewa juga menjadi pusat pertikaian geopolitik. Jalur pelayaran global timur-barat melewati rangkaian 1.192 pulau karang kecil di negara ini, yang membentang sekitar 800 kilometer melintasi khatulistiwa.
China akan diwakili oleh Anggota Dewan Negara Shen Yiqin sebagai utusan khusus Presiden Xi Jinping, yang mengunjungi Maladewa pada tahun 2014 ketika mentor Muizzu, Abdulla Yameen, menjadi presiden.
Media Maladewa telah melaporkan selama berhari-hari bahwa Presiden India Droupadi Murmu diperkirakan hadir, namun New Delhi mengumumkan akan mengutus Menteri Ilmu Pengetahuan Bumi Kiren Rijiju sebagai gantinya.
Muizzu telah berjanji akan memenuhi janji pemilunya untuk memulangkan pasukan India, namun mengatakan kepada kantor berita AFP pada awal pekan ini bahwa niatnya bukan untuk mengganggu keseimbangan regional dengan mengganti mereka dengan pasukan China. “Maladewa terlalu kecil untuk terlibat dalam persaingan geopolitik,” kata presiden terpilih itu dalam sebuah wawancara. "Saya tidak terlalu tertarik untuk melibatkan kebijakan luar negeri Maladewa dalam hal ini."
Sewaktu menjabat Wali Kota Male, Muizzu mengatakan kepada Partai Komunis China setahun yang lalu bahwa ia menginginkan hubungan yang lebih kuat dengan Beijing jika Partai Progresifnya memenangkan Pemilu 2023.
“Kami berharap dapat kembali ke pemerintahan pada tahun 2023, dengan Presiden Yameen sebagai pemimpinnya, untuk menyusun babak selanjutnya dari hubungan yang kuat antara kedua negara, baik di dalam negeri maupun internasional,” kata Muizzu saat itu.
Yameen dilarang mencalonkan diri dalam pemilu tahun ini karena tuduhan pidana dan hukuman penjara 11 tahun karena korupsi. Ia kemudian menominasikan Muizzu sebagai penggantinya.
Muizzu, seorang insinyur sipil lulusan Inggris, telah berupaya mewujudkan keseimbangan antara rival regionalnya, India dan China. “Kami akan bekerja sama dengan semua negara, India, China, dan semua negara lainnya juga,” katanya kepada AFP.
Ia berharap untuk memulai negosiasi dengan New Delhi mengenai penarikan sekitar 50 hingga 75 personel militer India – yang dikerahkan untuk mengoperasikan tiga pesawat yang dihadiahkan kepada Maladewa untuk berpatroli di wilayah maritimnya yang luas.
India secara tradisional menganggap Maladewa, dengan populasi sekitar 380.000 Muslim Sunni, berada dalam wilayah pengaruhnya. Namun pada masa kepemimpinan Yameen, yang meminjam banyak uang dari China untuk proyek konstruksi, New Delhi khawatir dengan perluasan jejak Beijing.
India memiliki sejarah keterlibatan di Maladewa, termasuk pengerahan tentara untuk menggagalkan upaya kudeta tahun 1988. Namun Muizzu juga menghadapi tantangan yang lebih besar: negaranya adalah salah satu yang paling terancam oleh kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim. Delapan puluh persen wilayah Maladewa berada kurang dari satu meter di atas permukaan laut. [ab/ka]
Forum