Kataeb Hizbullah (KH) Irak, faksi bersenjata kuat yang punya ikatan dekat dengan Iran, mengabaikan sanksi yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap kelompok itu terkait serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah. Kelompok milisi itu mengatakan pada Sabtu (18/11) bahwa serangan itu bertujuan untuk menguras musuh.
Pada Jumat (17/11), AS menerapkan sanksi terhadap sejumlah anggota KH dan milisi yang disokong kelompok Syiah Iran lainnya dan sekretaris jenderalnya. AS menuduh mereka terlibat dalam serangan terhadap Amerika Serikat dan mitra-mitranya di Suriah.
AS menyalahkan Iran dan kelompok-kelompok milisi yang didukungnya atas 60 serangan sejak pertengahan Oktober seiring dengan meningkatnya ketegangan wilayah terkait perang antara Israel dan Hamas yang dimulai 7 Oktober. Setidaknya 59 personel militer AS telah terluka dalam serangan tersebut. Namun, mereka saat ini sudah kembali bertugas.
Menurut pernyataan di aplikasi pesan Telegram dari Abu Ali As-Kari, pejabat keamanan kelompok itu, pada Sabtu (18/11) mengabaikan sanksi itu dengan menyebut langkah itu "konyol." Dia juga mengatakan langkah-langkah itu tidak akan mempengaruhi operasi kelompok tersebut.
“Serangan yang telah dipelajari dengan baik oleh Perlawanan Islam di Irak terhadap musuh, menyebabkan kerugian di barisan mereka dan menghancurkan kendaraan atau membingungkan atau mengalihkan perhatian mereka, merupakan strategi untuk menguras musuh,” kata pernyataan itu.
Di antara mereka yang terkait dengan Kataeb Hizbullah yang menjadi target sanksi pada Jumat (17/11) adalah anggota badan pengambil keputusan utama kelompok tersebut, kepala urusan luar negerinya, dan seorang komandan militer yang menurut Departemen Keuangan telah bekerja dengan Korps Garda Revolusi Iran untuk melatih para kombatan.
Departemen Luar Negeri AS juga menetapkan kelompok milisi Kata'ib Sayyid al-Shuhada dan sekretaris jenderalnya, Abu Ala al-Walai, sebagai Teroris Global yang Ditetapkan Khusus.
Dalam pernyataan yang dikirim ke Telegram pada Jumat (17/11) petang, Walai menggambarkan sanksi itu sebagai "medali kehormatan."
Sanksi tersebut membekukan aset-aset AS yang dimiliki oleh pihak-pihak yang menjadi sasaran dan umumnya melarang warga Amerika berurusan dengan pihak yang terkena sanksi. Pihak-pihak yang melakukan transaksi tertentu dengan mereka yang terkena sanksi, juga berisiko terkena sanksi.
Kelompok-kelompok milisi di Irak telah mengaitkan serangan-serangan baru-baru ini terhadap pangkalan-pangkalan AS dengan dukungan Washington terhadap Israel dalam perang di Gaza. Mereka juga mengatakan bahwa AS harus berhenti mendukung serangan Israel jika mereka ingin serangan-serangan itu berhenti. [ft/ah]