Seorang dokter yang bekerja di bawah kondisi ekstrem di Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza mengatakan, pada Selasa (21/11), bahwa ia memperkirakan semakin banyak pasien yang memerlukan prosedur dialisis akan meninggal karena mereka tidak mempunyai peralatan maupun obat-obatan yang diperlukan untuk melakukan perawatan tersebut.
Dr. Ahmed El Mokhallalati juga mengatakan bahwa staf medis ditangkap selama berjam-jam dan ditanyai apa yang mereka ketahui tentang kelompok militan Hamas.
“Kami tidak melakukan apa pun terhadap pasien – mereka (tentara Israel) terus datang ke rumah sakit, secara agresif, merusak segalanya dan – segala sesuatu di dalam area dan departemen rumah sakit,” ungkap Ahmed.
“Mereka bergerak di sekitar rumah sakit. Mereka melakukan pengeboman di sekitar rumah sakit – dan mereka melakukan penggalian di banyak area di dalam rumah sakit. Sekali lagi, mereka menggunakan rumah sakit sebagai area perang, banyak tank, apa yang terjadi sekarang adalah mereka sangat agresif terhadap staf medis di sini dan mereka terus mendorong kami dengan keras, menangkapi kami satu per satu selama beberapa jam,” lanjutnya.
“Mereka terus bertanya tentang detail kelompok militer, terowongan, pusat operasi dan sebagainya, dan mereka bersikeras bahwa kami seharusnya mengetahui semua ini.”
Semua rumah sakit di wilayah Gaza utara tidak lagi berfungsi secara normal. Banyak di antaranya masih menampung pasien dan warga Gaza yang terlantar. Israel mengatakan, Hamas menggunakan rumah sakit sebagai tameng bagi para militannya – sesuatu yang dibantah Hamas maupun pihak rumah sakit.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi tiga rumah sakit di Gaza utara, Al-Shifa, Al-Ahli dan Rumah Sakit Indonesia, sambil menyesali tindakan ini sebagai upaya terakhir. [rd/rs]
Forum