Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa puluhan orang yang ditahan pekan lalu karena dicurigai menjadi mata-mata Israel hanyalah “langkah awal” dan “tanggapan yang jelas terhadap mereka yang mengancam” Turki.
Berbicara pada acara perayaan 97 tahun Badan Intelijen Nasional Turki (MIT), Rabu (10/1), Erdogan menambahkan bahwa penahanan oleh MIT dan polisi Turki itu “sangat mengejutkan Israel”.
“Tunggu saja, ini baru langkah pertama. Kalian akan tahu Turki. Kalian belum mengenal kami, tetapi kalian ditakdirkan untuk mengenal kami,” tandasnya.
Erdogan juga mengatakan bahwa dia mengapresiasi “diplomasi intelijen yang dilakukan MIT untuk mengurangi ketegangan di kawasan”.
Para tersangka ditangkap Selasa lalu karena diduga berencana melakukan kegiatan yang mencakup “pengintaian” dan “mengejar, menyerang, dan menculik” warga negara asing yang tinggal di Turki.
Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc mengatakan dalam unggahan di media sosial bahwa 26 tersangka dirujuk ke pengadilan atas tuduhan melakukan “spionase politik atau militer” atas nama intelijen Israel. Dari jumlah itu, 11 dibebaskan namun tetap dalam pengawasan peradilan, dan delapan orang menunggu deportasi.
Badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, dikatakan telah merekrut orang-orang Palestina dan warga Suriah di Turki untuk terlibat dalam operasi terhadap orang asing yang tinggal di Turki, lapor kantor berita pemerintah Turki, Anadolu. Salah seorang tersangka diduga mengumpulkan informasi tentang pasien-pasien dari Palestina yang baru-baru ini dipindahkan ke Turki untuk mendapat perawatan kesehatan, menurut Anadolu.
Turki dan Israel telah menormalisasi hubungan pada 2022 dengan menempatkan kembali duta besar setelah ketegangan selama bertahun-tahun. Tetapi hubungan itu dengan cepat memburuk setelah perang Israel-Hamas. Turki menjadi salah satu pengkritik paling keras atas tindakan militer Israel di Gaza. [ka/lt]
Forum