Gedung Putih menanggapi serangan drone musuh yang menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya di Yordania.
Presiden Amerika Joe Biden hari Senin (29/1) melangsungkan pertemuan dengan anggota tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih untuk membahas perkembangan terbaru pasca serangan pesawat nirawak terhadap instalasi pasukan Amerika di timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah. Serangan itu menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya.
Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, Menteri Pertahanan Llyod Austin, Direktur National Intelligence Avril Haines, dan Kepala Staf Gedung Putih Jeff Zients adalah sebagian pejabat yang hadir dalam pertemuan itu. Belum ada keterangan dari hasil pertemuan ini.
Namun dalam dua konferensi pers terpisah, juru bicara Dewan Keamanan Nasional dan juru bicara Pentagon, sama-sama mengatakan Amerika akan “menanggapi” serangan itu. Tetapi belum ada rincian soal waktu, bentuk dan luasnya tanggapan yang dimaksud.
“Kami tidak menginginkan perang lagi,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, hari Senin (29/1).
“Kami tidak ingin mengeskalasi, namun kami pasti akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk melindungi diri kami sendiri, untuk melanjutkan misi ini dan merespons dengan tepat serangan-serangan ini.”
Ketika drone musuh terbang mendekati sasaran pada ketinggian rendah, salah satu drone Amerika juga sedang terbang kembali menuju pangkalan AS kecil di kawasan gurun itu, yang dikenal dengan nama Tower 22. Drone AS itu kemungkinan secara tidak sengaja membiarkan drone musuh melintas, menurut laporan awal yang dikutip oleh salah seorang pejabat secara anonim, karena tidak berwenang memberikan tanggapan.
Kirby menegaskan, sehari setelah Biden berjanji akan “menuntut pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan dengan cara sesuai pilihan kami,” bahwa pemerintah AS tidak ingin terlibat dalam konflik lain di Timur Tengah.
Namun Kirby juga menekankan bahwa kesabaran Amerika semakin tipis setelah selama lebih dari dua bulan pasukan AS di Irak, Suriah dan Yordania, serta kapal Angkatan Laut AS dan kapal-kapal komersial di Laut Merah diserang kelompok-kelompok proksi Iran. Kelompok-kelompok tersebut, termasuk pemberontak Houthi di Yaman dan Kataeb Hezbollah di Irak, mengatakan bahwa serangan-serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap operasi militer Israel yang masih berlanjut di Gaza.
Iran Bantah Terlibat
Menteri Intelijen Iran Ismail Khatib hari Senin (29/1) mengatakan kelompok-kelompok militan yang didukung Iran telah membuat keputusan sendiri tentang bagaimana menghadapi "kehadiran agresif" Amerika di kawasan itu.
"(Kelompok) perlawanan di kawasan ini mengambil tindakan terhadap kehadiran agresif Amerika berdasarkan keputusan dan kebijakannya sendiri. Mereka bertindak berdasarkan apa yang mereka anggap benar.”
Pernyataan itu disampaikan sehari setelah serangan pesawat nirawak Sabtu malam (27/1) yang menewaskan tiga tentara Amerika dan melukai puluhan lainnya di timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah.
Biden Salahkan Milisi yang Didukung Iran
Presiden Joe Biden pada hari Minggu (28/1) mengatakan Amerika "akan menanggapi" serangan tersebut. Biden menyalahkan milisi yang didukung Iran atas korban jiwa pertama di pihak Amerika setelah berbulan-bulan serangan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok semacam itu terhadap pasukan Amerika di seluruh Timur Tengah, sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu.
Dengan meningkatnya risiko eskalasi militer di wilayah tersebut, para pejabat Amerika berupaya mengidentifikasi secara pasti kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun mereka menilai salah satu kelompok yang didukung Iran berada di balik serangan tersebut.
Sementara itu, perdana menteri Qatar pada hari Senin berharap tindakan balasan yang akan diambil AS atas serangan yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania itu tidak akan menjegal kemajuan proses penyusunan kesepakatan pembebasan sandera Israel-Hamas.
Sejak Perang Israel-Hamas, Terjadi Sedikitnya 165 Serangan terhadap Militer AS
Sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober, milisi yang didukung Iran telah menyerang instalasi-instalasi militer Amerika di Irak dan Suriah sedikitnya 165 kali, termasuk serangan ke Tower 22 di Yordania yang menewaskan tiga tentara Amerika. Lebih dari 60 serangan diarahkan ke instalasi militer Amerika di Irak dan lebih dari 90 kali ke instalasi di Suriah; baik dengan menggunakan pesawat nirawak, roket, mortir dan rudal balistik.
Serangan hari Minggu adalah serangan pertama yang menargetkan pasukan Amerika di Yordania selama perang Israel-Hamas, dan yang pertama yang mengakibatkan hilangnya nyawa warga Amerika.
Sejumlah personel Amerika telah luka-luka, termasuk beberapa yang mengalami cedera otak traumatis, dalam serangan itu. [em/rd/jm]
Forum