Kepala lembaga intelijen luar negeri Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengkritik keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang kemungkinan pengiriman pasukan Eropa untuk bertempur melawan pasukan Rusia di Ukraina. Ia menyebut keputusan tersebut berisiko dan kurang bertanggung jawab.
Macron menyatakan pada bulan lalu bahwa tidak ada kesepakatan mengenai kemungkinan pengiriman pasukan Eropa untuk bertempur di Ukraina. Namun ia menegaskan tidak menutup kemungkinan apapun, walaupun Amerika Serikat (AS) dan anggota aliansi Eropa lainnya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melakukannya.
Invasi Rusia ke Ukraina memicu krisis terdalam dalam hubungan Moskow dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Putin telah memberi peringatan bahwa Barat bisa memantik perang nuklir jika mereka memutuskan untuk mengirim pasukan untuk bertempur di Ukraina.
Ketika ditanya tentang pernyataan Macron, Sergei Naryshkin, Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), penerus utama bagian mata-mata asing Direktorat Pertama KGB, mengatakan pernyataan tersebut sangat tidak bertanggung jawab.
“Ini menunjukkan tingginya ketidakbertanggungjawaban politis para pemimpin Eropa saat ini, dalam hal ini, Presiden Prancis,” kata Naryshkin kepada televisi pemerintah dalam sambutannya pada Selasa (5/3). “Pernyataan ini sangat berbahaya.”
“Sangat menyedihkan melihat hal ini, menyedihkan untuk diamati dan sedih untuk memahami bahwa kemampuan bernegosiasi para elite di Eropa dan Atlantik Utara saat ini berada pada tingkat yang sangat rendah,” katanya. "Mereka semakin jarang menunjukkan akal sehat sama sekali."
Rusia dan AS mempunyai gudang senjata nuklir terbesar di dunia. Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa konflik antara Rusia dan NATO dapat memicu Perang Dunia Ketiga.
Setelah invasi Rusia pada 2022, para pemimpin Barat mengatakan mereka akan membantu Ukraina mengalahkan pasukan Rusia di medan perang dan mengusir pasukan Rusia. Ukraina berhasil merebut kembali sebagian besar wilayahnya pada 2022.
Namun serangan balik Kyiv pada 2023 gagal menembus garis pertahanan Rusia yang sangat kuat, dan pasukan Rusia terus maju ke wilayah Ukraina pada saat dukungan AS untuk Ukraina terjebak dalam perdebatan politik domestik.
Rusia menguasai kurang dari seperlima wilayah yang diakui secara internasional sebagai Ukraina. [ah/rs]
Forum