Kabinet Jepang pada Selasa (26/3) menyetujui sebuah rencana untuk menjual jet tempur generasi masa depan yang dikembangkannya bersama Inggris dan Italia ke negara-negara lain. Langkah tersebut merupakan perubahan teranyar dalam upayanya menjauh dari prinsip-prinsip pasifis yang dipegang negara itu pasca perang.
Keputusan kontroversial untuk mengizinkan penjualan senjata internasional diperkirakan untuk membantu mengamankan Jepang dalam proyek gabungan jet tempur dan bagian dari langkah membangun industri persenjataan Jepang dan meningkatkan peran mereka dalam keamanan global.
Kabinet Jepang juga mendorong revisi terhadap panduan transfer peralatan dan teknologi persenjataan Jepang, untuk memungkinkan senjata mematikan yang diproduksi bersama, dijual ke negara-negara lain di luar negara mitra.
Jepang telah lama memiliki aturan pembatasan ekspor di bawah konstitusi pasifis negara itu, tetapi telah mengambil langkah-langkah yang cepat untuk mengatur ulang di tengah ketegangan regional dan global, khususnya ancaman yang muncul dari tetangga dekatnya, China.
Keputusan terkait penjualan jet itu akan memungkinkan Jepang untuk mengekspor senjata mematikan yang turut diproduksinya ke negara lain untuk pertama kali.
Jepang bekerja sama dengan Italia dan Inggris dalam pengembangan jet tempur canggih untuk menggantikan pesawat tua mereka yang didesain Amerika Serikat yaitu jet tempur F-2, dan Eurofighter Typhoons yang digunakan oleh militer Inggris dan Italia.
Jepang, yang sebelumnya menggarap sebuah desain sendiri yang disebut sebagai F-X, setuju pada Desember 2022 untuk menggabungkan upayanya dengan program Inggris dan Italia yang disebut sebagai the Tempest, untuk pengerahan pada 2035. Proyek gabungan itu dikenal sebagai Global Combat Air Program atau GCAP, dan berbasis di Inggris.
Jepang berharap pesawat baru itu akan menawarkan kemampuan canggih yang dibutuhkan Jepang di tengah ketengangan yang meningkat di kawasan ini, memberikan mereka keunggulan teknologi melawan musuh regionalnya, China dan Rusia. [ns/rs]
Forum