Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyampaikan penolakan AS terhadap operasi darat besar di Rafah kepada Menteri Pertahanan Israel pada Senin (25/3). Hal tersebut tersampaikan setelah kedatangan delegasi Israel untuk mendiskusikan kekhawatiran AS tersebut telah dibatalkan sehari sebelumnya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah setuju untuk mengirim delegasi ke Washington, tetapi kemudian dibatalkan setelah AS abstain dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera selama Ramadan.
Dalam pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, di Washington, Blinken mengulangi lagi “penolakan AS terhadap operasi darat besar-besaran di Rafah,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller dalam sebuah pernyataan.
Langkah semacam itu “akan semakin membahayakan keselamatan lebih dari 1,4 juta warga sipil Palestina yang berlindung disana,” kata Miller.
Sikap keras Netanyahu untuk meluncurkan operasi darat di Rafah, kota di perbatasan selatan Gaza di mana mayoritas populasi kawasan itu berlindung, telah menjadi perhatian utama dalam pertentangan ini.
Blinken “menggarisbawahi bahwa ada banyak alternatif yang ada selain invasi darat besar-besaran, di mana alternatif itu akan memastikan keamanan Israel dengan lebih baik dan melindungi warga sipil Palestina” kata Miller.
Keduanya juga “mendiskusikan kebutuhan untuk tambahan bantuan kemanusiaan yang mendesak dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza,” tambah dia.
Israel menyatakan sebelumnya bahwa sikap abstain AS dalam pemungutan suara terkait gencatan senjata di PBB telah “menyakiti” baik upaya mereka untuk perang maupun usaha membebaskan sandera.
Itu adalah “kemunduran yang jelas dari posisi AS yang konsisten,” kata kantor Netanyahu. [ns/rs]
Forum