China memulai babak baru dalam diplomasinya ke Asia Tenggara pada minggu ini, seiring pertemuan antara Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto dengan Presiden Xi Jinping pada hari Senin (1/4) serta menteri luar negeri Laos, Vietnam dan Timor Leste yang tiba di Beijing pada Selasa (2/4).
Pendekatan diplomatik tersebut dilakukan di tengah perselisihan teritorial antara China dan Filipina di Laut China Selatan, serta sejumlah upaya Amerika Serikat dan sekutunya untuk memperkuat kerja sama maritim di wilayah tersebut.
Dalam pertemuannya dengan Prabowo pada Senin lalu Xi berjanji untuk “memperdalam kerja sama strategis menyeluruh dengan Indonesia,” termasuk di antaranya dalam bidang maritim. Prabowo mengatakan bahwa ia berharap Beijing dan Jakarta dapat memperkuat kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan, dan pengentasan kemiskinan.
Sementara dengan kunjungan para menteri luar negeri selama tiga hari, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Beijing berharap untuk “dapat bekerja sama lebih lanjut dengan ketiga negara, untuk menindaklanjuti panduan dan pemahaman bersama yang penting antara Sekretaris Jenderal dan Presiden Xi Jinping, serta para pemimpin ketiga negara Asia Tenggara.
Minggu depan, Amerika Serikat akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Jepang dan Filipina. Para pemimpin dari ketiga negara tersebut diperkirakan akan membahas sejumlah isu keamanan regional, termasuk perselisihan teritorial antara Beijing dan Manila. Sejumlah pakar menilai bahwa serangkaian kunjungan tingkat tinggi ke Beijing yang dilakukan oleh para pejabat Asia Tenggara ini mengikuti pola diplomatik China yang telah “dicoba dan teruji.”
Pakar kebijakan luar negeri China dari Universitas Nasional Singapura, Ja Ian Chong, mengatakan bahwa “China telah lama memupuk relasinya dengan Timor Leste, sementara dengan Vietnam dan Filipina, Beijing tidak menunjukkan ketertarikannya untuk mendekati kedua negara.”
Meski Vietnam, Malaysia dan Indonesia memiliki konflik wilayah dengan China di Laut Cina Selatan, pakar menilai bahwa negara-negara ini masih ingin memastikan bahwa perbedaan yang ada tidak mengeruhkan hubungan mereka secara umum dengan Beijing.
China dan Indonesia keduanya “tidak ingin jatuh terlalu dalam pada perselisihan terkait wilayah di Laut China Selatan,” ujar Ngeow Chow-Bing, profesor rekanan yang membidani soal China di Universitas Malaya. [ti/lt]
Forum