Warga di pusat perdagangan Myanmar melarikan diri melewati perbatasan ke Thailand, Selasa (9/4), di tengah suara ledakan-ledakan. Situasi ini muncul setelah kelompok bersenjata dari etnis minoritas mengatakan bahwa mereka telah menguasai pangkalan militer kunci di wilayah tersebut. Sejumlah warga lokal mengatakan hal itu kepada AFP.
Pejuang dari Persatuan Nasional Karen (KNU) mengatakan pada Sabtu, bahwa mereka telah menguasai pangkalan militer sekitar 10 kilometer sebelah barat Myawaddy, dan bahwa lebih dari 600 tentara, polisi dan keluarga mereka telah menyerah.
Dihubungi AFP pada Selasa, penduduk setempat mengatakan bahwa mereka bisa mendengar letusan senjata dan sejumlah ledakan. “Sejumlah orang sudah melarikan diri, khususnya mereka yang tinggal di dekat kantor polisi,” salah seorang warga mengatakan kepada AFP, meminta namanya tidak disebutkan dengan alasan keamanan.
“Kami mendengar tembakan senjata dan ledakan-ledakan saat ini. Kami mendengar suara pesawat terbang di atas,” tambah mereka.
Mereka mengatakan bahwa nampaknya pejuang KNU tidak berada di dalam kota dan sebuah jembatan yang menghubungkan Myawaddy ke kota kecil di Thailand bernama Mae Sot di dekat perbatasan masih dibuka.
“Saya mendengar dua ledakan keras,” warga Myawaddy yang lain mengatakan kepada AFP, juga tanpa menyebutkan nama. “Kebanyakan toko sudah tutup hari ini dan warga lokal pergi ke Thailand,” tambahnya.
Layanan telepon genggam Myanmar tidak berfungsi, kata mereka, dan menambahkan bahwa warga menggunakan kartu SIM dari Thailand.
Pihak Junta tidak merespons permintaan komentar terkait klaim KNU bahwa tentara dan polisi menyerah di pangkalan Thingannyinaung. AFP juga telah meminta komentar dari KNU.
Warga di Thingannyinaung mengatakan, bahwa dia telah meninggalkan rumahnya beberapa pekan lalu setelah pertempuran sebelumnya dan sekarang mencari perlindungan di perbatasan Thailand. “Banyak pengungsi sekarang tinggal di dekat sungai antara Thailand dan Myanmar,” kata dia. “Kami bisa melihat ribuan orang dari desa-desa datang melintas perbatasan setiap hari,” tambah warga itu.
Menteri Luar Negeri Thailand mengatakan pada Selasa, bahwa negaranya bersiap untuk menerima 100 ribu orang yang melarikan diri dari Myanmar, setelah laporan-laporan terkait bentrokan itu masuk.
Thailand berbagi perbatasan sepanjang 2.400 kilometer dengan Myanmar, yang telah menjadi ajang perang saudara sejak Junta menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada 2021.
Myawaddy berada di jalan bebas hambatan Asia yang membentang dari perbatasan Thailand ke kota terbesar di Myanmar, Yangon.
Jalan itu melewati negara bagian Karen, yang telah terbelah selama beberapa dekade oleh pertempuran antara pihak militer dan KNU, yang mengatakan bahwa mereka menuntut otonomi bagi masyarakat Karen.
Sejak kudeta militer pada 2021, KNU telah memberikan perlindungan bagi musuh politik Junta dan melatih “Pasukan Pertahanan Rakyat” yang lebih segar, yang berperang untuk menjatuhkan pemerintahan militer.
Lebih dari $1,1 miliar nilai perdagangan melintas di Myawaddy dari 1 April 2023 hingga 31 Maret 2024, menurut kementerian perdagangan Junta.
Pasukan Penjaga Perbatasan negara bagian Karen, milisi yang bersekutu dengan militer lokal dan menguasai kota Myawaddy, mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menerima perintah dari Junta. Para analis mengatakan, bahwa tindakan ini akan lebih memperlemah posisi militer di negara bagian Karen. [ns/ab]
Forum