Hamas mengatakan sedang mempertimbangkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dengan “semangat positif.” Sementara itu PBB memperingatkan bahwa pembangunan kembali wilayah Palestina yang hancur akan memerlukan upaya yang belum pernah terlihat sejak Perang Dunia II.
Setelah berbulan-bulan perundingan, Hamas menyampaikan nada optimistis terkait proposal terbaru mengenai pertukaran sandera dengan gencatan senjata. Ini menimbulkan harapan bahwa kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat – bahkan ketika para petugas medis di jalur yang terkepung itu melaporkan serangan baru terhadap Rafah, kota di ujung selatan Gaza, pada hari Jumat (3/5).
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kelompok itu akan “segera” mengirimkan delegasi ke Mesir untuk menuntaskan pembahasan gencatan senjata yang sedang berlangsung dengan kesepakatan yang “mewujudkan keinginan rakyat kami.”
Haniyeh, pemimpin sayap politik kelompok militan itu, mengatakan kepada para mediator Mesir dan Qatar dalam percakapan telepon pada Kamis (2/5) bahwa Hamas sedang mempelajari proposal terbaru dari Israel dengan “semangat positif.”
Pentingnya pembicaraan gencatan senjata itu semakin mengemuka ketika laporan PBB memperkirakan perlu waktu 80 tahun untuk membangun kembali semua rumah yang rata dengan tanah dalam perang selama hampir tujuh bulan ini.
Abdallah al-Dardari, Direktur Regional UNDP Untuk Negara-Negara Arab dalam pengarahan di Yordania mengatakan “Skala kehancurannya sangat besar dan belum pernah terjadi sebelumnya … ini adalah misi yang belum pernah dihadapi masyarakat global sejak Perang Dunia II.”
Penilaian UNDP itu memperkirakan kerugian sosial ekonomi kehancuran itu akan dirasakan beberapa generasi warga Palestina pada masa mendatang, dan karena itu UNDP menyerukan gencatan senjata segera.
Satu-satunya isu yang berhasil diselesaikan para mediator gencatan senjata sejauh ini adalah kesepakatan selama sepekan pada November lalu. Ketika itu 105 sandera dibebaskan dengan imbalan pembebasan 240 orang Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Israel memperkirakan masih ada 129 sandera yang ditawan di Gaza. Pihak militer mengatakan 35 di antara mereka telah tewas, termasuk Dror Or yang berusia 49 tahun. Pemerintah mengukuhkan kematian Or pada Jumat pagi. Dua anaknya yang juga disandera telah dibebaskan dalam gencatan senjata November.
Hamas dan Israel telah berselisih selama berbulan-bulan mengenai ketentuan dalam kesepakatan gencatan senjata yang baru. Kelompok militan itu menuntut gencatan senjata permanen untuk mengakhiri perang dan penarikan pasukan, namun Israel menolaknya.
Sementara Israel menghadapi demonstrasi-demonstrasi yang menuntut pemerintah untuk segera membebaskan sandera yang tersisa. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertekad akan melanjutkan pertempuran. Dengan atau tanpa gencatan senjata, katanya, ia akan mengirim pasukan darat ke Rafah, terlepas dari kekhawatiran global mengenai nasib sekitar 1,5 juta warga sipil yang berlindung di sana.
Tawaran gencatan senjata yang sedang dipertimbangkan ini mencakup penghentian pertempuran selama 40 hari dan pertukaran warga Israel yang disandera dengan kemungkinan ribuan orang Palestina yang dipenjara. Demikian menurut rincian yang dirilis Inggris. [uh/em]
Forum