Parlemen Vietnam menyetujui pemilihan Menteri Keamanan Publik To Lam sebagai presiden baru negara itu padaRabu (22/5), setelah kampanye antikorupsi besar-besaran memaksa pendahulunya untuk mengundurkan diri.
Ribuan orang, termasuk beberapa pemimpin senior pemerintahan dan pengusaha, telah terperangkap dalam tindakan keras negara Asia Tenggara itu terhadap korupsi, yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Partai Komunis Nguyen Phu Trong.
Para analis mengatakan bahwa Lam, yang merupakan wakil ketua komisi pengarah antikorupsi, telah menggunakan penyelidikan komisi itu untuk menjatuhkan saingan politiknya.
Dipimpin oleh sekretaris jenderal Partai Komunis, struktur kepemimpinan Vietnam menempatkan presiden sebagai pemilik kewewenangan terbesar kedua di negara itu. Namun, jabatan presiden sebagian besar dipandang hanya sekedar seremonial.
Hierarki tertinggi pemerintahan komunis Vietnam yang beranggotakan empat orang juga mencakup perdana menteri dan ketua Majelis Nasional.
Dalam pidato pertamanya sebagai presiden, Lam mengatakan ia “bertekad untuk memerangi korupsi dan fenomena negatif”.
Lam menggantikan Vo Van Thuong, yang mengundurkan diri pada bulan Maret setelah partainya menganggap ia melakukan pelanggaran dan tidak memenuhi standar kepemimpinan, setelah hanya satu tahun menjabat.
Ketua Majelis Nasional juga mengundurkan diri pada bulan April karena alasan yang sama, yang berarti dua dari empat posisi teratas di negara itu telah kosong selama sebulan.
Lam, 66 tahun, telah menjadi menteri keamanan publik sejak tahun 2016 dan mengambil tindakan keras terhadap gerakan HAM di negara tersebut.
Tampaknya ia akan memegang jabatan kepresidenan dan jabatannya di Kementerian Keamanan Publik (MPS) secara bersamaan, dan ini merupakan yang pertama bagi Vietnam.
Namun beberapa jam sebelum pemungutan suara rahasia untuk memilih presiden, para anggota parlemen sepakat bahwa mereka akan melepaskan Lam dari posisinya di kementerian yang berpengaruh itu. Kementerian Keamanan Publik adalah pelaksana utama kampanye antikorupsi.
Majelis Nasional memilih presiden melalui pemungutan suara rahasia, dan para deputi kemudian menyetujui hasilnya.
Lam memperoleh 472 dari 473 suara.
Pada Senin (20/5), Tran Thanh Man, 61 tahun, dicalonkan sebagai ketua Majelis Nasional yang baru, dan Partai Komunis telah menunjuk empat anggota politbiro baru.
Gejolak politik jarang terjadi di Vietnam, dan para analis telah memperingatkan bahwa gejolak tersebut dapat mengancam reputasi stabilitas negara tersebut, yang telah membantunya membangun perekonomian manufaktur yang didorong oleh ekspor, dan menghasilkan produk-produk untuk merek-merek besar dunia. [ab/lt]
Forum