Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang semakin kritis terhadap perilaku Israel dalam perangnya melawan militan Hamas di Gaza, serta meningkatnya jumlah korban jiwa dari pihak Palestina, mengatakan dalam wawancara terbaru bahwa terdapat “alasan yang kuat” untuk meyakini bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperpanjang konflik tersebut demi menyelamatkan dirinya secara politis.
Namun ketika ditanya pada Selasa (4/6) apakah Netanyahu memainkan politik dalam perang yang saat ini berlangsung, Biden tampak menarik kembali pernyataannya, dan mengatakan kepada wartawan, "Saya tidak berpikir begitu. Ia [Netanyahu.red] tengah berusaha menyelesaikan permasalahan serius yang ia hadapi."
Seiring peperangan yang berlangsung selama hampir delapan bulan, pemimpin Israel itu menghadapi tuntutan yang saling bertentangan, baik dari Biden maupun para pemimpin dunia lainnya, untuk mengakhiri konflik tersebut.
Sementara anggota parlemen sayap kanan Israel mengatakan bahwa mereka akan meninggalkan dukungan untuk Netanyahu dan menggulingkan pemerintahannya jika dia menyetujui gencatan senjata tanpa menghapus sisa-sisa kekuasaan Hamas di Gaza.
Hamas mengatakan pada hari Selasa (4/6) bahwa mereka tidak dapat menyetujui kesepakatan apa pun kecuali Israel membuat komitmen yang “jelas” terhadap gencatan senjata permanen, serta penarikan pasukan Israel secara menyeluruh dari Gaza.
Netanyahu kerap mengatakan bahwa pasukan Israel tidak akan meninggalkan Gaza tanpa menyingkirkan semua elemen Hamas dari wilayah tersebut.
Qatar, bersama Amerika Serikat dan Mesir yang telah memediasi perundingan Hamas dan Israel di Kairo, juga telah mendesak Israel untuk memberi posisi yang jelas mengenai tujuannya yang dapat didukung oleh seluruh pemerintahannya untuk mencapai kesepakatan.
Pekan lalu, Biden mengumumkan proposal Israel untuk gencatan senjata di Gaza dan mendorong dukungan global untuk proposal tersebut. Namun, Hamas belum menyetujuinya dan Netanyahu saat itu tidak memberi komentar apa pun mengenai hal tersebut.
Beberapa hari sebelumnya, majalah Time bertanya kepada Biden dalam sebuah wawancara yang terbit pada hari Selasa, apakah Biden percaya bahwa Netanyahu sedang memperpanjang perang untuk mempertahankan diri secara politik.
“Ada banyak alasan bagi orang-orang untuk menarik kesimpulan itu,” kata Biden.
Biden mengakui bahwa dirinya dan Netanyahu memiliki hubungan yang tegang karena jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui angka 36.000 orang, sebuah angka yang mencakup warga sipil dan militan.
Mereka utamanya berselisih terkait apakah Otoritas Palestina yang direvitalisasi harus memerintah Gaza setelah perang, sebuah opsi yang didukung Amerika Serikat namun ditolak oleh Netanyahu tanpa menawarkan rencana terperinci dari pihaknya sendiri.
“Ketidaksepakatan utama saya dengan Netanyahu adalah, apa yang terjadi setelah Gaza berakhir? Apa, apa yang terjadi setelahnya? Apakah pasukan Israel akan kembali masuk?” Biden bertanya.
“Jawabannya adalah, jika itu yang terjadi, maka itu tidak akan berhasil,” ujarnya. [th/jm]
Forum