Polisi Irak, pada Senin (1/7), mengumumkan penangkapan tiga tersangka anggota kelompok militan yang dituduh melakukan serangan pembakaran di bagian utara negara itu.
Pengumuman tersebut disampaikan sementara ketegangan tengah meningkat di wilayah otonomi Kurdistan di Irak, tempat tentara Turki melakukan operasi melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang terdaftar sebagai kelompok “teroris” oleh Turki dan beberapa sekutu Barat.
Wilayah itu juga dijadwalkan mengadakan pemilu yang tertunda pada pada Oktober mendatang.
Kebakaran pada 2023 dan 2024 melanda pasar-pasar dan pusat-pusat perbelanjaan di Kirkuk, Irbil dan Dohuk, kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Moqdad Miri dalam konferensi pers. Ia menambahkan bahwa para tersangka telah membuat “pengakuan.”
Salah seorang tersangka ditangkap pada akhir Mei lalu dan “produk kimia” yang digunakan untuk menyulut api ditemukan dalam kendaraannya, kata Miri.
“Entitas yang bertanggung jawab atas eksekusi ... adalah organisasi PKK, organisasi terlarang,” tambahnya.
Tujuannya adalah “merugikan kepentingan komersial suatu negara yang merupakan oposisi langsung mereka,” serta “memengaruhi situasi keamanan dan ekonomi” di wilayah otonomi Kurdistan, tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan, biro politik PKK “membantah” apa yang mereka katakan sebagai “tuduhan tidak berdasar.”
PKK meminta “negara Irak dan kementerian dalam negeri untuk bertindak secara bertanggung jawab dalam menghadapi arahan intelijen Turki” dan “mengidentifikasi pelaku sebenarnya” dari aksi pembakaran tersebut.
PKK, yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun melawan Turki, berada di Irak utara, juga Turki. Mereka beroperasi dari puluhan pangkalan militer di wilayah tersebut untuk melawan kelompok Kurdi.
Operasi militer Turki, yang terkadang terjadi jauh di dalam wilayah Irak, sering kali membuat hubungan bilateral kedua negara menjadi tegang. [ka/ab]
Forum