Beberapa hari setelah meluncurkan kampanyenya untuk meraih posisi nomor satu di Gedung Putih, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di kantor Wakil Presiden pada Kamis (25/7).
Netanyahu melangsungkan pertemuan terpisah dengan Presiden AS Joe Biden sehari sebelumnya, dalam lawatan pertamanya ke Gedung Putih, sejak sebelum Presiden Donald Trump meninggalkan jabatannya pada tahun 2020.
Kunjungan Netanyahu dilakukan di tengah meningkatnya tekanan terhadap ketiga pihak yang terlibat, Israel, Hamas, dan AS untuk mengakhiri perang sembilan bulan yang telah menewaskan puluhan ribu orang di Gaza.
Sebanyak 115 sandera Israel masih mendekam dalam tahanan Hamas.
Dalam lawatan kali ini, Netanyahu juga berbicara di hadapan Kongres AS pada Rabu (24/7), di mana di saat yang bersamaan Harris berada di luar kota untuk berbicara pada konferensi perkumpulan mahasiswa di Indianapolis.
Harris menyebutkan bahwa seusai pertemuan dengan pemimpin Israel yang ia sebut berjalan "jujur dan konstruktif" tersebut, ia mendukung hak Israel untuk membela diri, namun mengatakan, "bagaimana cara melakukannya menjadi penting."
Ia menyampaikan kekhawatiran terkait situasi kemanusiaan "yang hancur" di Gaza dan gambar-gambar yang menunjukkan sejumlah warga sipil yang tewas terbunuh dalam konflik tersebut, seraya mengatakan, "Kita tidak bisa mengalihkan pandangan dari tragedi-tragedi ini."
"Apa yang terjadi di Gaza selama sembilan bulan terakhir sungguh menyedihkan. Gambaran anak-anak yang meninggal dan orang-orang kelaparan yang putus asa melarikan diri demi keselamatan, terkadang mengungsi untuk kedua, ketiga, atau keempat kalinya. Kita tidak bisa mengabaikan tragedi ini," ungkapnya.
Ia menggaungkan pernyataan Biden yang menyerukan gencatan senjata segera untuk mengakhiri perang yang terjadi, setidaknya untuk beberapa saat, untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza dan membebaskan beberapa sandera yang paling rentan dari tangan Hamas. [ps/jm/rs]
Forum