Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

Untuk pertama kali, PLTU Batu Bara Pasok Kurang dari 50% Listrik Australia

PLTU batu bara Bayswater di dekat Muswellbrook di Hunter Valley, Australia, 2 November 2021. (Foto: Mark Baker/AP Photo)
PLTU batu bara Bayswater di dekat Muswellbrook di Hunter Valley, Australia, 2 November 2021. (Foto: Mark Baker/AP Photo)

Menurut data pada Rabu (4/9), pasokan listrik di Australia dari pembangkit listrik tenaga uap batu bara (PLTU) mencapai kurang dari 50 persen pada minggu terakhir Agustus. Angka itu turun ke level terendah sepanjang masa karena meningkatnya produksi energi terbarukan.

Menurut pemantau pasar Open-NEM, PLTU memasok 49,1 persen listrik di negara tersebut. Sementara energi terbarukan menyumbang 48,7 persen, karena badai meningkatkan produksi energi dari pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).

Australia tetap menjadi salah satu pengekspor batu bara dan gas terbesar di dunia, dan sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk menjaga pasokan listrik di negara itu.

Namun pakar finansial iklim Tim Buckley mengatakan, bahwa angka rekor pada Agustus lalu disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu dan awal musim semi yang hangat yang telah mengurangi permintaan pada jaringan listrik hingga 20 persen.

Angin yang berkecepatan melebihi 150 kilometer (93,2 mil) per jam di wilayah tenggara Australia juga hampir menggandakan jumlah tenaga angin yang biasanya dihasilkan.

"Ini merupakan pangsa batu bara terendah secara historis bagi Australia di pasar energi nasional, tetapi ini juga merupakan pertanda ke arah mana kita nantinya," kata Buckley kepada AFP.

"Hanya dalam beberapa tahun ke depan, batu bara hampir dipastikan tidak lagi memberikan kontribusi apa pun," tambahnya.

Pada 2022-2023, bahan bakar fosil menyumbang 91 persen dari energi yang dikonsumsi negara tersebut, yang mencakup penggunaan lebih luas untuk transportasi dan industry, tidak hanya untuk pembangkitan listrik.

Investasi energi terbarukan

Dengan sebagian besar dari 16 PLTU di Australia akan ditutup dalam beberapa tahun mendatang, pemerintah dan para pegiat industri energi berlomba-lomba untuk berinvestasi di sektor energi terbarukan.

Pemerintah pada Rabu meluncurkan enam proyek baterai yang akan dibangun di Australia Selatan dan Victoria yang akan menyediakan 1.000 megawatt penyimpanan pada tahun 2027.

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Infigen Energy Capital di perbukitan Danau George dekat Canberra, Australia, 21 Februari 2018. Lonjakan produksi listrk dari PLTB mengurangi pasokan listrik dari PLTU batu bara di Australia hingga di bawah 50%. (Foto: David Gray/Reuters)
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Infigen Energy Capital di perbukitan Danau George dekat Canberra, Australia, 21 Februari 2018. Lonjakan produksi listrk dari PLTB mengurangi pasokan listrik dari PLTU batu bara di Australia hingga di bawah 50%. (Foto: David Gray/Reuters)

Menteri Energi Chris Bowen mengatakan bahwa transisi energi akan terjadi karena tuntutan iklim dan realitas ekonomi.

"Kita harus menerapkan solusi yang masuk akal sekarang, bukan dalam satu dekade, atau dua dekade lagi, untuk memastikan bahwa kebutuhan energi Australia akan terpenuhi."

Buckley mengatakan, meskipun investasi Australia di sektor ini bertumbuh, tetapi sektor ini tertinggal dibandingkan negara-negara lain.

"Cina telah melampaui Australia dalam hal energi terbarukan. Cina menginvestasikan hampir satu triliun dolar Australia (sekitar 10.3 kuadriliun rupiah dengan kurs saat ini-red) per tahun dalam teknologi bersih dan energi terbarukan," katanya.

"Cina mampu memasang kapasitas energi terbarukan dalam waktu seminggu sebanyak yang dapat dipasang Australia, namun dalam kurun waktu setahun."

Minggu lalu, regulator energi Australia memperingatkan perlunya investasi berkelanjutan di pasar energi terbarukan untuk menghindari pemadaman listrik dalam beberapa dekade mendatang karena permintaan yang diproyeksikan akan terbang. [rz/ft]

See all News Updates of the Day

Peru Umumkan Keadaan Darurat di 3 Wilayah yang Dilanda Kebakaran Hutan 

Foto dari udara yang menunjukkan wilayah hutan di Ucayali, Peru, yang terbakar pada 17 September 2024. (Foto: AFP/Hugo La Rosa)
Foto dari udara yang menunjukkan wilayah hutan di Ucayali, Peru, yang terbakar pada 17 September 2024. (Foto: AFP/Hugo La Rosa)

Presiden Peru Dina Boluarte pada Rabu (18/9) mengumumkan keadaan darurat di tiga wilayah yang terdampak kebakaran hutan dahsyat yang telah menghanguskan sebagian besar ladang pangan di Andean dan Amazon di negara tersebut dan menyebabkan 16 orang tewas.

Wilayah-wilayah utara di Peru – yakni Amazonas, San Martin dan Ucayali -- yang berhutan lebat akan berada di bawah tindakan darurat baru, katanya, menyusul beberapa permintaan dari sejumlah pemerintah daerah agar lebih banyak sumber daya dialokasikan untuk memadamkan kebakaran itu.

Kebakaran hutan sering terjadi di Peru antara bulan Agustus dan November, sebagian besar disebabkan oleh pembakaran padang rumput kering untuk memperluas lahan pertanian dan terkadang oleh praktik perdagangan lahan ilegal (land trafficking), menurut data dari kementerian lingkungan hidup Peru.

Berbicara di istana pemerintah, presiden itu mengatakan Peru telah mencatat 238 kebakaran di sebagian besar wilayahnya, dan sekitar 80% di antaranya telah berhasil “dikendalikan.”

Kepala Bidang Penanggulangan Risiko Bencana dan Pertahanan Negara Kementerian Kesehatan David Aponte mengatakan, sejak 15 Juli hingga saat ini, tercatat 155 orang dilaporkan mengalami gangguan kesehatan terkait kebakaran tersebut, dan 15 orang di antaranya meninggal dunia.

Data satelit yang dianalisis oleh badan penelitian luar angkasa Brazil awal bulan ini mencatat rekor 346.112 titik api di seluruh Amerika Selatan sepanjang tahun ini, melampaui rekor tahun 2007 yaitu 345.322 titik api dalam serangkaian pencatatan data yang dimulai pada tahun 1998. [ab/lt]

Bahan Inovatif untuk Mendinginkan Ruangan

Bahan Inovatif untuk Mendinginkan Ruangan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:09 0:00

Sebuah perusahaan di California mengembangkan teknologi pendinginan baru dengan memanfaatkan lapisan film radiatif. Dengan menyalurkan panas ke antariksa, lapisan film ini bisa menurunkan suhu hingga hampir lima derajat Celsius sehingga membantu mendinginkan benda yang dilingkupinya.

Kebakaran Hutan Landa Komunitas Pegunungan California 

Sejumlah petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang berkobar di dekat wilayah perumahan warga di Wrightwood, California, pada 10 September 2024. (Foto: AP/Jae C. Hong)
Sejumlah petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang berkobar di dekat wilayah perumahan warga di Wrightwood, California, pada 10 September 2024. (Foto: AP/Jae C. Hong)

Kebakaran besar hutan melanda komunitas pegunungan Wrightwood di California Selatan pada Rabu (11/9). Pihak berwenang mengimbau penduduk agar meninggalkan barang-barang mereka dan keluar dari kota tersebut.

Sebagian orang mematuhi perintah evakuasi itu yang dikeluarkan untuk komunitas berpenduduk sekitar 4.500 orang di wilayah Pegunungan San Gabriel di sebelah timur Los Angeles. Kebakaran yang disebut Bridge Fire itu telah membesar 10 kali lipat dalam sehari dan membakar wilayah seluas 194 km2 hingga Rabu dini hari. Bridge Fire kini menjadi kebakaran hutan terbesar dari tiga kebakaran hutan besar yang terjadi di California Selatan, membahayakan puluhan ribu rumah dan bangunan lainnya.

Api berkobar selama gelombang panas dengan suhu sekitar 40 derajat Celcius. Suhu akhirnya turun pada Rabu, membuat petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api.

Kebakaran besar lain terjadi di wilayah Barat, mencakup Idaho, Oregon, dan Nevada. Sekitar 20.000 orang harus mengungsi di luar Reno. [ka/ab]

Korban Tewas Topan Yagi di Vietnam Bertambah Jadi 141 Orang

Seorang pria berdiri di Jembatan Long Bien Bridge dan mengamati rumah-rumah yang sebagian terendam air banjir setelah disapu Topan Yagi di Hanoi, Vietnam, Selasa, 10 September 2024. (Foto: Nhac Nguyen/AFP)
Seorang pria berdiri di Jembatan Long Bien Bridge dan mengamati rumah-rumah yang sebagian terendam air banjir setelah disapu Topan Yagi di Hanoi, Vietnam, Selasa, 10 September 2024. (Foto: Nhac Nguyen/AFP)

Pemerintah Vietnam mengatakan, Rabu (11/9), bahwa korban tewas akibat Topan Yagi telah meningkat menjadi 141 orang. Pemerintah juga memperingatkan bahwa air banjir menyebabkan debit air Sungai Merah naik dengan cepat dan mengancam akan menggenangi distrik-distrik pusat kota di Hanoi, ibu kota Vietnam.

Hujan lebat yang disebabkan oleh Topan Yagi telah memicu tanah longsor dan banjir mematikan di seluruh Vietnam utara, menewaskan 141 orang dan 59 lainnya hilang, kata badan penanggulangan bencana. Properti juga mengalamai kerusakan parah. Bisnis dan industri juga terganggu.

Laporan media pemerintah pada Selasa (10/9) malam mengatakan permukaan air Sungai Merah di Hanoi naik 10 sentimeter setiap jam.

Beberapa sekolah di Hanoi telah memerintahkan siswanya untuk tinggal di rumah selama sisa minggu ini karena kekhawatiran akan banjir, sementara ribuan penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah telah dievakuasi, menurut sumber, pemerintah dan media pemerintah. [ft/rs]

Brazil Dilanda Kekeringan Terburuk dalam Lebih 70 Tahun

Pemandangan dari atas yang menunjukkan kekeringan yang melanda Sungai Madeira di wilayah Reis Santo Vieira da Silva, Brazil, pada 7 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)
Pemandangan dari atas yang menunjukkan kekeringan yang melanda Sungai Madeira di wilayah Reis Santo Vieira da Silva, Brazil, pada 7 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)

Brazil mengalami kekeringan terburuk sejak pengukuran nasional dimulai lebih dari 70 tahun lalu. Data menunjukkan bahwa hingg 59% wilayah negara itu, atau setara dengan setengah dari luas Amerika Serikat, mengalami tekanan.

Sungai-sungai utama di lembah Amazon mencatat titik terendah dalam sejarah, dan telah menelantarkan puluhan komunitas, seperti Kota Coari, di negara bagian Amazonas.

Penduduk Coari kesulitan mendapatkan pangan, air, dan obat-obatan, karena akses utama ke kota itu melalui air.

Rita Gomes, salah seorang warga, telah tinggal di sebuha rumah terapung di pinggiran Sungai Solimoes selama 24 tahun. Ia kini perlu berjalan di atas area sungai yang mengering untuk mengambil barang-barang yang tiba bagi para warga di Coari.

"Sangat berbahaya jika [kita] terjatuh di lumpur, karena kadang-kadang terdapat ikan pari yang terjebak di sungai, sehingga kami berjalan perlahan melewatinya," ujar Gomes.

Kekeringan bukan satu-satunya masalah yang melanda negara di selatan Amerika itu.

Sejak awal tahun hingga 8 September, Brazil mencatat hampir 160.000 kebakaran, tahun terburuk sejak 2010.

Umumnya kebakaran itu disebabkan ulah manusia sebagai bagian dari proses penggundulan hutan atau pembersihan padang rumput dan lahan pertanian.

Sejauh ini, area seluas Italia telah terbakar di Brazil, dan asap semakin menyulitkan perjalanan melintasi sungai-sungai.

“Kekeringan ini benar-benar merugikan kami,” kata petani Isabel Lima sewaktu ia hendak meninggalkan perahunya.

Ketinggian air sungai mencatat titik terendah dalam sejarah dan hujan lebat diperkirakan baru akan turun Oktober mendatang. [ka/jm]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG