Paus Fransiskus menyerukan doa dan puasa pada Senin (7/10), yang menjadi peringatan satu tahun serangan terhadap Israel yang memicu konflik saat ini berlangsung di Gaza.
Di saat kematian dan kehancuran terus berlanjut, panggilan telepon harian dari Paus ke paroki Gereja Keluarga Kudus Katolik di Kota Gaza juga tidak berhenti. Gereja tersebut menjadi tempat yang menawarkan santapan rohani kepada para imam, biarawati, dan umat paroki yang mencari perlindungan di wilayah itu.
Pada awal sinode khusus para pendeta, biarawati dan umat Katolik di Roma pada Selasa (2/10), Paus Fransiskus menyampaikan seruan untuk berdoa dan berpuasa pada peringatan peristiwa yang memicu perang di Gaza, seiring meluasnya konflik di Timur Tengah.
Paus Fransiskus mengatakan gereja selalu melayani umat manusia “terutama pada saat-saat dramatis dalam sejarah kita, ketika angin perang dan api kekerasan terus melanda seluruh masyarakat dan negara.”
Paus meminta semua orang untuk berdoa dan berpuasa demi perdamaian dunia pada tanggal 7 Oktober.
Perang di Gaza diawali dengan serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke bagian selatan Israel, yang menewaskan 1.200 orang. Hamas juga menyandera sekitar 250 orang lainnya, yang sebagian besar telah dibebaskan dalam perjanjian gencatan senjata pertama bulan November.
Serangkaian serangan pembalasan Israel lewat darat dan udara ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 41.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, tidak membedakan identitas korban; tetapi militer Israel bersikeras bahwa korban tewas itu mencakup ribuan pejuang Hamas.
Hamas telah ditetapkan sebagai kelompok teror oleh Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan lainnya.
Beri semangat
Pastur Gabriel Romanelli, pastor paroki di gereja di Kota Gaza, mengatakan kepada Radio Vatikan bahwa Paus menyerukan setiap hari untuk memberikan “kata-kata penghiburan dan berkat” kepada umat di sana. Sang Pastur mengatakan Paus “meminta kita untuk melindungi anak-anak dan selalu mendorong kita untuk terus maju.”
Francis X. Rocca, pengamat dan wartawan yang telah meliput Vatikan sejak tahun 2007 – termasuk untuk surat kabar The Wall Street Journal – mengatakan kepada VOA bahwa panggilan telepon yang dilakukan Paus Fransiskus ke paroki Gaza setiap harinya merupakan hal yang unik.
“Ini adalah hal yang luar biasa untuk dilakukan, terutama jika Anda melakukannya setiap hari,” katanya. “Pada awal masa kepausannya, kita tahu bahwa dia sering menelepon berbagai orang secara pribadi, yang terkadang dilakukan secara spontan, secara tiba-tiba. Tetapi melakukan hal ini secara teratur, setiap hari, tentu saja menunjukkan kepedulian yang sangat besar. Selama perang di Ukraina, dia juga memberikan komentar dan mengirim pesan dan sebagainya.”
Tak luput dari serangan Israel
Gereja di Gaza itu dinamakan “Gereja Keluarga Kudus” karena diyakini bahwa Maria, Yusuf dan bayi Yesus melewati wilayah pesisir itu ketika menuju Mesir untuk melarikan diri dari kekejaman Raja Herodes pada abad pertama Masehi.
Gereja itu tidak luput dari kekerasan perang antara Israel dan Hamas.
Dua perempuan Kristen, Nahida Khalil Anton dan putrinya Samar Kamal Anton, dibunuh pada Desember lalu saat mereka berjalan menuju biara di kompleks paroki.
Tujuh orang lagi ditembak dan luka-luka akibat tembakan militer Israel ketika “berusaha melindungi orang lain yang berada di dalam kompleks gereja,” lapor Patriarkat Latin di Yerusalem. Pejabat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka sedang menyelidiki laporan-laporan itu.
Ratusan warga Palestina, yang sebagian besar beragama Kristen tetapi juga ada beberapa pemeluk Islam, kini berlindung di kompleks gereja tersebut. [em/ka]
Forum