Tautan-tautan Akses

Pejabat AS: Peretas Iran Target Kampanye Politik


Stuart Davis, direktur salah satu anak perusahaan keamanan siber FireEye, menjelaskan teknik yang digunakan oleh para peretas Iran dalam sebuah acara di Dubai, pada 20 September 2017. (Foto: AP/Kamran Jebreili)
Stuart Davis, direktur salah satu anak perusahaan keamanan siber FireEye, menjelaskan teknik yang digunakan oleh para peretas Iran dalam sebuah acara di Dubai, pada 20 September 2017. (Foto: AP/Kamran Jebreili)

Peretas asal Iran yang tengah berupaya merusak kepercayaan terhadap pemilu AS yang akan digelar bulan depan, sedang mencari korban dengan menaruh ancaman serius bagi siapa pun yang bekerja untuk kampanye politik dalam pilpres Amerika Serikat, menurut sebuah peringatan baru yang dirilis oleh para pejabat AS.

Biro Investigasi Federal (FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), lembaga pemerintah yang bertanggung jawab mengawasi keamanan pemilu, pada Selasa (8/10) mendesak para politisi dan tim mereka untuk memperkuat postur keamanan siber masing-masing untuk melawan ancaman dari Iran.

Kedua lembaga tersebut juga mendorong para mantan pejabat pemerintah AS, akademisi, wartawan dan aktivis untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, mengingat para peretas yang terkait Iran beroperasi atas perintah Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

“Pelaku siber IRGC menimbulkan risiko yang berkelanjutan dan semakin meningkat,” kata Direktur CISA Jen Easterly dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa. “Kami mendesak individu dan organisasi yang terkait dengan kampanye atau organisasi politik nasional untuk meninjau dan menerapkan langkah-langkah [keamanan].”

Panduan dari FBI dan CISA memperingatkan, peretas Iran menarget akun email pribadi dan bisnis, yang acapkali meniru kontak profesional, untuk mencuri kredensial untuk mengakses akun serta kata sandi.

Para pejabat AS sebelumnya mengatakan, sejumlah agen Iran menggunakan teknik serupa dalam operasi peretasan dan pembocoran yang bertujuan mengacaukan kampanye mantan presiden dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump.

Akhir bulan lalu, jaksa AS mendakwa tiga warga negara Iran – Masoud Jalili, Seyyed Ali Aghamiri dan Yaser Balaghi – karena menggunakan taktik serupa dalam kampanye luas dengan menyusup ke akun email mantan pejabat Departemen Luar Negeri, mantan penasihat keamanan dalam negeri presiden, dan setidaknya di akun dua mantan pejabat CIA.

Para pejabat Iran telah berulang kali menolak tuduhan AS atas campur tangan mereka dalam pemilu. Misi Iran untuk PBB belum menanggapi permintaan VOA untuk berkomentar mengenai tuduhan terbaru itu.

Pada hari Senin (7/10), para pejabat intelijen AS memperingatkan bahwa musuh-musuh AS, termasuk Iran, meningkatkan operasi siber mereka seiring dengan semakin dekatnya pemilu AS pada tanggal 5 November.

Para pejabat mengatakan, peningkatan tersebut akan melanjutkan laju serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dipelopori oleh Iran, Rusia dan China. Hal itu mendorong peningkatan tiga kali lipat jumlah pengarahan keamanan yang diberikan kepada kampanye politik AS. [ps/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG