Tautan-tautan Akses

Sekilas tentang Golani: Mantan Komandan Al Qaeda yang Gulingkan Pemerintahan Assad


Komandan pasukan pemberontak Suriah Abu Mohammed al-Golani (tengah) menyapa pendukungnya di Masjid Ummayad di Damaskus, Suriah, pada 8 Desember 2024. (Foto: Reuters/Mahmoud Hassano)
Komandan pasukan pemberontak Suriah Abu Mohammed al-Golani (tengah) menyapa pendukungnya di Masjid Ummayad di Damaskus, Suriah, pada 8 Desember 2024. (Foto: Reuters/Mahmoud Hassano)

Sebagai komandan cabang kelompok Al Qaeda dalam perang saudara Suriah, Abu Mohammed al-Golani, yang juga dikenal sebagai Muhammad al-Jawlani, adalah sosok yang tidak dikenal dan tidak pernah muncul di depan publik, bahkan ketika kelompoknya menjadi faksi paling kuat yang berjuang untuk menggulingkan Bashar Assad.

Saat ini, ia adalah pemberontak Suriah yang paling dikenal, yang secara bertahap menjadi pusat perhatian sejak memutuskan hubungan dengan Al Qaeda pada tahun 2016, mengubah citra kelompoknya, dan memimpin pemberontak yang menggulingkan Assad setelah perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun.

"Masa depan kini milik kita," ujar Golani, yang kini menyandang nama aslinya Ahmed al-Sharaa, dalam pernyataan yang dibacakan di stasiun televisi pemerintah Suriah, menggarisbawahi peran penting yang ia mainkan saat pemerintahan keluaraga Assad yang telah berlangsung selama 50 tahun akhirnya runtuh.

Seraya mengindikasikan upayanya untuk mengamankan transisi pemerintahan yang tertib, Golani menyebutkan bahwa institusi pemerintahan akan tetap berada di bawah pengawasan perdana menteri yang ditunjuk Assad hingga serah terima berlangsung.

Dengan mengenakan seragam militer, ia mengunjungi Masjid Umayyad yang dibangun pada abad ke-8 di Kota Tua Damaskus, diiringi oleh pendukungnya yang mengabadikan momen tersebut sambil meneriakkan "Allahu Akbar", atau "Tuhan Maha Besar."

Golani adalah pemimpin faksi pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra dan ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh sebagian besar dunia.

Amerika Serikat menetapkan Golani sebagai teroris pada tahun 2013, dengan mengatakan bahwa kelompok Al Qaeda di Irak telah menugaskannya untuk menggulingkan pemerintahan Assad dan menetapkan hukum syariah Islam di Suriah. AS juga mengatakan Front Nusra telah melakukan serangan bunuh diri yang menewaskan warga sipil dan menganut visi sektarian yang keras.

Golani pertama kali tampil dalam wawancara dengan media pada 2013, di mana wajahnya ketika itu ditutupi oleh syal gelap dan membelakangi kamera. Berbicara kepada Al Jazeera, ia menyerukan agar Suriah menerapkan hukum syariat Islam.

Sekitar delapan tahun kemudian, ia diwawancara oleh lembaga penyiaran publik AS dalam program FRONTLINE, dengan menghadap kamera dan mengenakan kaos serta jaket.

Golani mengatakan status teroris yang disematkan kepadanya tidak adil dan ia menentang pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdosa.

Ia menyebutkan bahwa Front Nusra telah berkembang dari hanya enam orang yang menemani dia ketika berada di Irak menjadi 5.000 dalam waktu satu tahun.

Namun, ia mengatakan bahwa kelompoknya tidak pernah menebar ancaman kepada Barat. "Saya ulangi - keterlibatan kami dengan Al Qaeda telah berakhir, dan bahkan ketika masih bersama Al Qaeda kami menentang untuk menggelar operasi di luar Suriah."

Rewards for Justice, program penghargaan keamanan nasional utama Departemen Luar Negeri AS, masih menawarkan hadiah hingga $10 juta untuk informasi tentang al-Golani. [my/ka/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG